PBB Peringatkan Netanyahu atas Niatnya Mencaplok Lembah Jordan

Perdana Menteri Israel, Benjamin Netanyahu (foto: Arabnews)

New York, MINA – memperingatkan Perdana Menteri Israel atas rencananya untuk mencaplok Lembah Yordan di Tepi Barat jika terpilih kembali dalam Pemilihan Umum mendatang.

“Posisi Sekretaris Jenderal (Sekjen PBB) selalu jelas, tindakan sepihak tidak membantu dalam proses perdamaian,” kata juru bicara PBB Stephane Dujarric seperti dikutip dari Arabnews, Rabu (11/9).

Ia melanjutkan, langkah-langkah Netanyahu seperti itu secara efektif dapat membunuh harapan yang tersisa untuk solusi dua negara mengatasi konflik Israel-Palestina, yang lama menjadi fokus diplomasi internasional.

Netanyahu mengeluarkan janji yang sangat kontroversial saat ia bersiap untuk pemilihan 17 September mendatang. Ia juga mengatakan Israel akan bergerak untuk mencaplok permukiman Israel di seluruh Tepi Barat.

“Ada satu tempat di mana kita dapat menerapkan kedaulatan Israel segera setelah pemilihan,” kata Netanyahu dalam pidato yang disiarkan televisi.

“Jika saya terima dari Anda, warga negara Israel, mandat yang jelas untuk melakukannya … hari ini saya mengumumkan niat saya untuk pembentukan pemerintahan selanjutnya, kedaulatan Israel atas Lembah Yordan dan Laut Mati utara,” lanjutnya.

Setelah pengumuman Netanyahu tersebut, seorang pejabat Amerika Serikat (AS) mengatakan kebijakan Washington terhadap Israel dan wilayah Palestina tetap tidak berubah.

“Tidak ada perubahan dalam kebijakan Amerika Serikat saat ini,” kata seorang pejabat Pemerintah Trump ketika ditanya apakah Gedung Putih mendukung langkah Netanyahu.

Lembah Jordan adalah sekitar sepertiga dari Tepi Barat, yang diduduki Israel dalam Perang Enam Hari 1967. Politisi sayap kanan Israel telah lama memandang wilayah strategis sebagai bagian dari wilayah yang tidak akan pernah mereka tinggalkan.

Permukiman Israel terletak di apa yang dikenal sebagai Area C Tepi Barat, atau sekitar 60 persen wilayah, termasuk sebagian besar Lembah Jordan.

Netanyahu bersama dengan sayap kanannya dan sekutunya memenangkan mayoritas kursi dalam pemungutan suara April, tetapi ia gagal membentuk koalisi dan memilih pemilihan kedua yang belum pernah terjadi sebelumnya dalam lima bulan.

Ia sedang menghadapi tantangan yang sulit dari mantan kepala militer Benny Gantz dan aliansi sentrisnya Biru dan Putih. (T/Sj/P1)

Mi’raj News Agency (MINA)

Ikuti saluran WhatsApp Kantor Berita MINA untuk dapatkan berita terbaru seputar Palestina dan dunia Islam. Klik disini.