New York, 16 Sya’ban 1435/14 Juni 2014 (MINA) – Ratusan warga Irak tewas di negaranya dalam bentrokan baru-baru ini, dan hampir 300.000 orang mengungsi ke Provinsi Dohuk dan Erbil dalam pemerintahan daerah Kurdi di Irak Utara.
Pada konferensi pers di New York Jumat (13/6), Farhan Haq – Wakil Juru Bicara Sekjen PBB Navi Pillay – mengutip Komisaris Tinggi PBB untuk Hak Asasi Manusia yang mengatakan bahwa “Irak saat ini mengalami kemerosotan (kualitas hidup-red) yang dramatis, termasuk laporan eksekusi acak dan pembunuhan di luar hukum”.
Haq mengatakan, Wakil Khusus Sekretaris Jenderal PBB di Irak, Nikolay Mladenov, telah melakukan kontak dengan para pemimpin Irak dan sedang mencari “solusi terpadu tentang krisis tersebut”.
Dia menunjukkan bahwa Mladenov menekankan perlunya untuk menjaga parlemen Irak tetap beroperasi di tengah krisis yang sedang berlangsung.
Baca Juga: Lima Paramedis Tewas oleh Serangan Israel di Lebanon Selatan
Parlemen Irak saat ini akan menyelesaikan mandatnya hari Sabtu dan akan digantikan oleh anggota parlemen yang baru terpilih dalam pemilihan parlemen April lalu.
Namun, pengadilan federal Irak belum mengkonfirmasi nama-nama anggota parlemen baru.
Pada bulan Mei, aliansi Perdana Menteri Irak Nouri Al-Maliki memenangkan pemilihan parlemen di Irak dengan memperoleh 92 kursi dari 328.
Berdasarkan perjanjian de facto yang dibuat dalam beberapa tahun terakhir, Perdana Menteri Irak adalah Syiah Arab, Presiden adalah Kurdi dan Ketua Parlemen adalah Arab Sunni.
Baca Juga: Militer Israel Akui Kekurangan Tentara dan Kewalahan Hadapi Gaza
Mengomentari situasi kemanusiaan terkini di Irak, Haq mengatakan bahwa lebih dari 300.000 orang telah melarikan diri ke Provinsi Erbil dan Dohuk di Irak Utara selama seminggu, sementara banyak keluarga di Dahuk terpaksa berlindung di sekolah-sekolah, masjid dan gereja.
“Ada peningkatan jumlah warga Irak sekarang yang tinggal di kamp-kamp darurat di sebuah pos pemeriksaan dekat Mosul. Badan pengungsi PBB telah membantu dalam penyediaan tenda dan barang-barang bantuan lainnya,” kata Haq.
Haq menegaskan bahwa badan-badan PBB sedang mempersiapkan operasi bantuan lebih lanjut, termasuk beberapa penerbangan udara yang diadakan oleh Program Pangan Dunia di Dubai untuk mentransfer bantuan kemanusiaan ke Erbil.
Negara Islam Irak dan Levant (ISIL) telah berkembang menjadi sebuah kekuatan yang tangguh dalam wilayah Suriah, kini memperluas jangkauannya di Irak sejak Selasa lalu.
Baca Juga: Netanyahu Akan Tetap Serang Lebanon Meski Ada Gencatan Senjata
ISIL berhasil menguasai kota Tikrit, tempat kelahiran Saddam Hussein, dan merebut Mosul yang merupakan kota terbesar kedua di Irak.
Kelompok ini juga merebut sebagian besar Anbar, barat Irak, pada bulan Januari, termasuk sebagian besar wilayah Fallujah dan Ramadi.
ISIL didirikan tak lama setelah invasi pimpinan Amerika Serikat ke Irak pada 2003 dan dikenal sebagai Al-Qaeda di Irak, di bawah kepemimpinan militan Yordania, Abu Musab Al-Zarqawi.
Sementara Al-Zawahiri memutuskan hubungan dengan ISIL pada Februari 2014 setelah terjadi sengketa dengan kelompok oposisi Suriah, Jabhah Al-Nushra.
Laporan terbaru menyebutkan bahwa ISIL menempatkan pasukan mereka berjarak 70 kilometer dari ibukota.
Baca Juga: Agresi Israel Hantam Pusat Ibu Kota Lebanon
Irak telah mengalami peningkatan tajam dalam kekerasan sektarian antara Sunni dan Syiah dalam beberapa bulan terakhir, di mana pemerintah Irak menyalahkan kelompok ISIL. (T/P09/EO2)
Mi’raj Islamic News Agency (MINA)
Baca Juga: Perdana Menteri Malaysia Serukan Pengusiran Israel dari PBB