Jenewa, MINA – Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) pada Jumat (24/5) memperingatkan, ada sekitar 45.000 warga Rohingya pergi mengungsi untuk menyelamatkan diri karena meningkatnya pertempuran di Negara Bagian Rakhine, Myanmar yang dilanda konflik.
“Puluhan ribu warga sipil terpaksa mengungsi dalam beberapa hari terakhir akibat pertempuran di kota Buthidaung dan Maungdaw,” kata juru bicara kantor hak asasi manusia PBB Elizabeth Throssell kepada wartawan di Jenewa, demikian dikutip dari frontiermyanmar.net pada Senin (27/5).
“Diperkirakan 45.000 warga Rohingya dilaporkan menyelamatkan diri ke daerah di Sungai Naf dekat perbatasan dengan Bangladesh, untuk mencari perlindungan,” katanya.
Bentrokan telah mengguncang Rakhine sejak Tentara Arakan (AA) menyerang pasukan junta yang berkuasa pada bulan November 2023, mengakhiri gencatan senjata yang sebagian besar telah dilaksanakan sejak kudeta militer pada tahun 2021.
Baca Juga: Jerman Batalkan Acara Peringatan 60 Tahun Hubungan Diplomatik dengan Israel
AA mengatakan, pihaknya memperjuangkan otonomi yang lebih luas bagi penduduk etnis Rakhine di negara bagian tersebut, yang juga merupakan rumah bagi sekitar 600.000 anggota minoritas Muslim Rohingya yang teraniaya.
Ratusan ribu warga Rohingya melarikan diri dari Rakhine pada tahun 2017 saat terjadi tindakan keras oleh militer yang kini menjadi subjek kasus genosida di Mahkamah Internasional (ICJ).
“Lebih dari satu juta orang Rohingya sudah berada di Bangladesh, melarikan diri setelah adanya pembersihan,” kata Throssell.
Kepala Hak Asasi Manusia PBB Volker Turk mendesak Bangladesh dan negara-negara lain “untuk memberikan perlindungan efektif kepada mereka yang mencari perlindungan, sejalan dengan hukum internasional, dan untuk memastikan solidaritas internasional kepada Bangladesh dalam menampung rohingya/">pengungsi Rohingya di Myanmar,” katanya. []
Baca Juga: Macron akan Umumkan Perdana Menteri Baru Hari Ini
Mi’raj News Agency (MINA)