Sanaa, MINA – Utusan Khusus Perserikatan Bangsa-Bangsa untuk Yaman, Martin Griffiths, pada Kamis (29/10) menyerukan pihak-pihak yang berselisih di Yaman untuk mengikutsertakan perempuan dalam pembicaraan damai.
“Aktivisme perempuan Yaman, upaya dan inisiatif yang gigih untuk mengakhiri perang ini memberikan harapan dan inspirasi,” kata Griffiths, MEMO melaporkan.
Kantor PBB, lanjutnya, merasakan kebutuhan terus melibatkan para pihak mewakili semua orang Yaman termasuk memasukkan perempuan dalam delegasi masing-masing.
Pejabat PBB itu menekankan, dengan partisipasi perempuan dalam pembicaraan perdamaian dan keamanan, akan mengarah pada “perdamaian berkelanjutan di Yaman”.
Baca Juga: [POPULER MINA] Runtuhnya Bashar Assad dan Perebutan Wilayah Suriah oleh Israel
“Partisipasi perempuan yang berarti di semua jalur, dan keterlibatan perempuan dengan pengetahuan dan keahlian yang relevan untuk memulai, mempengaruhi, dan terlibat dalam proses pengambilan keputusan di semua tingkatan, sangat penting untuk membangun perdamaian yang berkelanjutan,” katanya.
Griffiths mengungkapkan, organisasinya siap mendukung semua upaya bersama yang bertujuan untuk mengintegrasikan lensa gender dalam gencatan senjata nasional dan perjanjian politik.
“Sebagai aktor dalam proses perdamaian Yaman, kami berkomitmen untuk melanjutkan dan lebih meningkatkan pekerjaan kami dalam mengimplementasikan agenda Women, Peace, and Security (WPS),” tegasnya.
Yaman berada dalam keadaan perang saudara sejak 2014, ketika pemberontak Houthi menguasai sebagian besar negara itu, termasuk ibu kota Sanaa.
Baca Juga: Drone Israel Serang Mobil di Lebanon Selatan, Langgar Gencatan Senjata
Pada 2015, Arab Saudi dan sekutu Arabnya meluncurkan serangan udara besar-besaran yang bertujuan untuk membalikkan keunggulan militer Houthi dan membantu pemerintah Yaman.
Menurut proyek Lokasi Konflik Bersenjata dan Data Peristiwa, lebih dari 100.000 orang tewas dalam perang, sementara lebih dari 11 persen populasi negara telah mengungsi. (T/R7/P1)
Mi’raj News Agency (MINA)