New York, MINA – Utusan Sudan untuk PBB Al-Harith Idriss Al-Harith Mohamed mengatakan, pemerintah Sudan mengendalikan situasi keamanan bahkan ketika warga sipil, dan pengungsi melarikan diri dari pertempuran ke negara-negara tetangga dan membutuhkan bantuan kemanusiaan yang mendesak.
Berbicara pada konferensi pers di PBB pada hari Jumat (12/5) , Mohamed mengatakan bahwa “pemberontakan” oleh Pasukan Dukungan Cepat, atau RSF, sekelompok milisi bersenjata berat, telah gagal menguasai negara.
Namun ia juga mengemukakan, kondisi kemanusiaan sangat buruk, wanita dan anak-anak menderita di kota-kota utama dan di perbatasan. Arabnews melaporkan.
Menurut badan kesehatan PBB, jumlah korban tewas akibat bentrokan di Sudan telah meningkat menjadi sedikitnya 604 orang, termasuk warga sipil.
Baca Juga: Erdogan Umumkan ‘Rekonsiliasi Bersejarah’ antara Somalia dan Ethiopia
Al-Harith mengatakan, ada kebutuhan mendesak akan air bersih, makanan, klinik keliling, dan bantuan keuangan bagi mereka yang menyeberang ke negara tetangga.
Pembicaraan damai selama seminggu di Arab Saudi antara kedua faksi telah gagal mengakhiri konflik dan menghasilkan gencatan senjata permanen pada Kamis malam.
Hal itu terlepas dari deklarasi prinsip-prinsip yang ditandatangani di Arab Saudi, yang baru-baru ini memimpin upaya untuk menengahi antara kedua faksi tersebut.
Beberapa upaya PBB dan internasional untuk mengatur gencatan senjata antara kedua faksi gagal dilakukan sejak pertempuran dimulai.
Baca Juga: Trump: Rakyat Suriah Harus Atur Urusan Sendiri
Baku tembak hebat dan serangan udara terdengar oleh penduduk Khartoum pada hari Kamis.
Dia mengatakan bahwa angkatan bersenjata Sudan telah mematuhi hukum dan perjanjian internasional dalam mengizinkan warga sipil untuk meninggalkan zona perang dan melintasi perbatasan serta menjaga pelabuhan tetap terbuka untuk pengiriman dan penerimaan. (T/R6/P1)
Mi’raj News Agency (MINA)
Baca Juga: Agresi Cepat dan Besar Israel di Suriah Saat Assad Digulingkan