PBB Tekankan Solusi Dua Negara Berdasar Resolusi dan Hukum Internasional

New York, MINA – Perserikatan Bangsa-Bangsa () menekankan perlunya solusi dua negara bagi konflik Israel- berdasarkan Resolusi PBB yang relevan, hukum internasional dan perjanjian bilateral.

Sekjen PBB António Guterres menyampaikan pidato pengantar pada Briefing Terbuka Dewan Keamanan PBB tentang Timur Tengah, di Markas Besar PBB, New York, Selasa (11/2) waktu setempat.

Seperti disebutkan Reliefweb, Guterres menggarisbawahi perlunya solusi politik untuk konflik Israel-Palestina, yang telah berlangsung terlalu lama, dan yang tetap penting untuk perdamaian berkelanjutan di Timur Tengah.

Ia menambahkan, PBB tetap berkomitmen mendukung warga Palestina dan Israel untuk menyelesaikan konflik berdasarkan resolusi PBB yang relevan, hukum internasional dan perjanjian bilateral dan mewujudkan visi dua negara, Israel dan Palestina,  yang hidup berdampingan secara damai dan aman dalam perbatasan yang diakui, berdasarkan garis pra-1967.

“Saya tegaskan kembali komitmen penuh saya dan komitmen PBB untuk mendukung para pihak dalam upaya mereka mencapai ,” ujarnya.

Ia menyebutkan, posisi PBB dalam hal ini telah ditentukan, sepanjang tahun, oleh Resolusi Dewan Keamanan dan Majelis Umum, di mana Sekretariat terikat.

“Ini adalah waktu untuk berdialog, untuk rekonsiliasi, untuk alasan. Saya mendesak para pemimpin Israel dan Palestina untuk menunjukkan keinginan yang diperlukan guna memajukan tujuan perdamaian yang adil dan abadi, yang harus didukung oleh komunitas internasional,” lanjutnya.

“Yakinlah dengan komitmen penuh PBB untuk perdamaian yang adil dan komprehensif antara Palestina dan Israel berdasarkan kerangka multilateral yang ditetapkan oleh Resolusi PBB dan hukum internasional,” imbuhnya.

Sekjen PBB juga menyambut Presiden Mahmoud Abbas dari Negara Palestina dan anggota delegasinya.

“Saya berbicara kepada Anda hari ini dengan rasa keprihatinan yang mendalam karena kami menyaksikan meningkatnya ketegangan dan ketidakstabilan di seluruh dunia, khususnya di Timur Tengah,” ujarnya, mengarah pada Mahmoud Abbas.

Menurutnya, ketegangan dan risiko di Teluk telah meningkat ke level yang meresahkan.

“Setelah melihat beberapa perkembangan yang menjanjikan tahun lalu, hari ini kita menyaksikan peningkatan kembali konflik yang berbahaya di Yaman, Suriah, dan bahkan Libya,” katanya. (T/RS2/RS1)

Mi’raj News Agency (MINA)