Khartoum, MINA – PBB menuduh Pasukan Dukungan Cepat (RSF) paramiliter Sudan menghalangi bantuan ke wilayah Darfur yang dilanda perang dan terancam kelaparan.
Dilansir dari Arab News, RSF yang telah berperang melawan tentara reguler sejak April 2023, menguasai hampir seluruh Darfur, wilayah barat Sudan seukuran Prancis.
Sejak Mei 2024, mereka telah mengepung El-Fasher di Darfur Utara dan menyerang kamp-kamp pengungsian di dekatnya.
“Pembatasan terus-menerus dan rintangan birokrasi” yang diberlakukan oleh RSF “mencegah bantuan yang menyelamatkan nyawa untuk menjangkau mereka yang sangat membutuhkan,” kata Clementine Nkweta-Salami, koordinator kemanusiaan dan penduduk tetap PBB di Sudan, Senin (10/2).
Baca Juga: Ansharallah Ancam Israel Jika Tidak Izinkan Bantuan Kemanusiaan Masuk Gaza
“Dunia sedang menyaksikan, dan tidak dapat diterima bahwa komunitas kemanusiaan di Sudan… tidak dapat memberikan bantuan penting,” katanya dalam sebuah pernyataan.
Kelaparan telah diumumkan di lima wilayah Darfur Utara dan diperkirakan akan menyebar ke lima wilayah lainnya pada bulan Mei, menurut Klasifikasi Fase Keamanan Pangan Terpadu (IPC) yang didukung PBB.
Hampir tujuh juta orang di Darfur menghadapi tingkat kelaparan yang parah, menurut data IPC.
PBB pada hari Senin mendesak penyederhanaan prosedur birokrasi dan diakhirinya campur tangan pihak yang tidak semestinya, “termasuk tuntutan dukungan logistik atau keterlibatan wajib dengan vendor tertentu.”
Baca Juga: Linda Yuliana, WNI Asal Majalengka Terancam Hukuman Mati di Ethiophia
Sejak perang dimulai, pekerja kemanusiaan telah melaporkan adanya halangan dari kedua belah pihak, penjarahan bantuan, dan ancaman terhadap staf bantuan.
Konflik tersebut telah menewaskan puluhan ribu orang, mengungsikan 12 juta orang, dan menciptakan krisis kelaparan dan pengungsian terbesar di dunia.
Hampir 25 juta orang menghadapi kerawanan pangan yang parah di seluruh Sudan, menurut PBB. []
Baca Juga: Trump Surati Khamenei, Desak Negosiasi Nuklir
Mi’raj News Agency (MINA)