Image for large screens Image for small screens

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Damai di Palestina = Damai di Dunia

ADVERTISEMENT

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

PBB Tuntut Libya Serahkan Kekuasaan Kepada GNA

Rudi Hendrik - Sabtu, 2 April 2016 - 01:39 WIB

Sabtu, 2 April 2016 - 01:39 WIB

361 Views

Perdana Menteri Libya terpilih, Fayez Al-Sarraj, dari Pemerintah Kesepakatan Nasional (GNA). (Foto: Sipa Press)
Perdana Menteri <a href=

Libya terpilih, Fayez Al-Sarraj, dari Pemerintah Kesepakatan Nasional (GNA). (Foto: Sipa Press)" width="700" height="364" /> Perdana Menteri Libya terpilih, Fayez Al-Sarraj, dari Pemerintah Kesepakatan Nasional (GNA). (Foto: Sipa Press)

Tripoli, 22 Jumadil Akhir 1437/1 April 2016 (MINA) – PBB menekan pihak-pihak yang berperang di Libya untuk menyerahkan kekuasaan kepada perdana menteri terpilih Fayez Al-Sarraj dari Pemerintah Kesepakatan Nasional (GNA).

Kedatangan Sarraj  di ibukota pada Rabu lalu telah membuat marah pemerintah saingan yang berbasis di Tripoli

Namun, ada tanda-tanda bahwa kesetiaan mulai bergeser mendukung Sarraj.

Seorang pengusaha dari Tripoli yang merupakan anggota komite, membuka jalan untuk dialog nasional di Libya. Demikian Nahar Net memberitakan yang dikutip Mi’raj Islamic News Agency (MINA).

Baca Juga: Media Inggris: Perang Israel di Gaza Gagal Capai Tujuan, Hamas Masih Berkuasa

Sepuluh kota barat pada Kamis (31/3) menyerukan semua warga Libya untuk mendukung pemerintahan GNA sehingga menjadi pukulan besar bagi otoritas Tripoli yang menolak untuk menyerahkan kekuasaannya.

Dalam sebuah pernyataan di halaman Facebook resmi, pemerintah kota Sabratha yang dekat perbatasan dengan Tunisia, menyatakan dukungannya terhadap GNA yang didukung PBB.

“Situasi negara menyedihkan. Hidup ini sangat mahal, tidak ada uang tunai, dan jadi kita melihat, sudah waktunya mendukung pemerintah ini untuk memulai memecahkan semua masalah ini,” kata Walikota Sabratha, Hussein al-Dawadi.

Negara kaya minyak itu telah jatuh ke dalam kekacauan setelah penggulingan dan pembunuhan Presiden Muammar Gaddafi 2011.

Baca Juga: Netanyahu Tiba di AS untuk Bertemu dengan Trump

Kedua pemerintah saingan yang tercipta berlomba-lomba mendapatkan kontrol sejak pertengahan 2014, ketika aliansi milisi Libya Dawn menyerbu Tripoli, memaksa parlemen yang diakui secara internasional melarikan diri ke timur. (T/P001/P2)

Mi’raj Islamic News Agency (MINA)

 

Baca Juga: Trump Berlakukan Tarif Dagang Tinggi kepada Kanada, Meksiko dan Tiongkok

Rekomendasi untuk Anda

Internasional
Dunia Islam
Internasional
Internasional
Palestina