Jakarta, MINA – Ketua Pengurus Harian Tanfidziyah Pengurus Besar Nahdlatul Ulama (PBNU) Robikin Emhas mengatakan, agama seharusnya dijadikan sebagai solusi, bukan sebagai pusat konflik.
Hal itu disampaikan Robikin di hadapan sejumlah pemuka agama dari Kristen, Hindu, dan Budha saat Diskusi Media Mengenai Kerukunan Bangsa di Hotel Gran Melia, Kuningan, Jakarta Selatan, Kamis (13/12).
“Di Indonesia konflik antar agama, konflik sesama pemeluk agama sangat minim, berbeda dengan apa yang terjadi di Timur Tengah. Ini karena agama diposisikan sebagaimana mestinya yaitu agama adalah solusi bukan dijadikan pusat konflik,” katanya.
Menurut Robikin, setiap menjelang tahun politik, muncul tantangan-tantangan terhadap kerukunan, baik kerukunan antar umat beragama maupun kerukunan antar suku bangsa.
Baca Juga: Jawa Tengah Raih Penghargaan Kinerja Pemerintah Daerah 2024 untuk Pelayanan Publik
“Kecenderungan beberapa tahun terakhir, perhelatan politik itu mengarusutamakan politik identitas. Nah pengarusutamaan politik identitas itulah yang mendorong atau berpotensi terjadinya konflik,” katanya.
Ia kembali menegaskan, kalau agama dipahami secara benar, maka ia menjadi bagian dari solusi perdamaian yang mencerahkan bukan malah menjadi sumber konflik.
“Kalau ada orang menjadikan agama sebagai aspirasi politik, atau melakukan politisasi agama, maka di situlah potensi konflik terjadi. Masyarakat harus mewaspadai hal-hal seperti ini,” katanya. (L/R06/B05)
Mi’raj News Agency (MINA)
Baca Juga: Cuaca Jabodetabek Berawan Jumat Ini, Hujan Sebagian Wilayah