Tel Aviv, MINA – Pelabuhan Eilat di Israel selatan (wilayah Palestina yang diduduki) memberhentikan separuh tenaga kerjanya pada pekan ini karena perlawanan Houthi terhadap kapal-kapal niaga di Laut Merah.
“Pelabuhan Eilat adalah pintu gerbang selatan Israel ke Timur Jauh, Australia, dan Afrika,” kata Kepala Eksekutif Pelabuhan Eilat, Gideon Golber kepada media Israel Maariv, Ahad (21/7).
“Semua aktivitas terhenti karena kapal tidak dapat lagi melintas ke arah mana pun untuk mencapai Pelabuhan Eilat atau menuju Eropa melalui Terusan Suez. Oleh karena itu, pelabuhan menghentikan operasinya dan pendapatan pun terhenti,” sambungnya.
Pelabuhan Eilat pun secara resmi telah dinyatakan bangkrut karena penurunan signifikan dalam aktivitas komersial dan pendapatan.
Baca Juga: Gunung Berapi Kanlaon di Filipina Meletus, 45.000 Warga Mengungsi
Penurunan ini disebabkan blokade laut yang dilakukan kelompok perlawanan Houthi atau Ansarallah Yaman terhadap kapal kargo yang terkait dengan Israel sejak November 2023.
Menurut Houthi, perlawanan tersebut dilakukan sebagai bentuk solidaritas Gaza dan upaya menekan Israel serta sekutunya untuk menghentikan penjajahan di Palestina.
“Harus diakui bahwa pelabuhan tersebut dalam keadaan bangkrut,” kata Golber, melansir Middle East Monitor.
“Hanya satu kapal yang tiba di sini dalam beberapa bulan terakhir. Orang-orang Yaman secara efektif telah memutus akses ke pelabuhan,” tambahnya.
Baca Juga: Pengadilan Belanda Tolak Gugatan Penghentian Ekspor Senjata ke Israel
Golber mengatakan, pelabuhan akan memberhentikan 50% pekerjanya pekan ini karena kerugian ekonominya.
Menurut media Israel Yedioth Ahronoth, pelabuhan tersebut telah mengalami kerugian sebesar 50 juta shekel ($13,61 juta). Saat ini, sekitar 120 orang dipekerjakan di pelabuhan tersebut.[]
Mi’raj News Agency (MINA)
Baca Juga: Macron Resmi Tunjuk Francois Bayrou sebagai PM Prancis