Ramallah, 8 Rabi’ul Awwal 1435/10 Januari 2014 (MINA) – Azzam Al-Ahmad, pejabat Fatah pelaksana pembicaraan rekonsiliasi dengan Hamas, mengatakan, ia telah mengadakan percakapan cukup lama melalui telepon dengan pemimpin Hamas di Jalur Gaza, Ismail Haniyah, mengenai upaya lanjutan untuk mencapai rekonsiliasi kedua fihak.
“Saya berbicara dengan Haniyah untuk waktu yang lama dan kami sepakat untuk segera bertemu,” kata Ahmad, pejabat Fatah yang bertanggung jawab atas pembicaraan rekonsiliasi dengan Hamas kepada salah satu stasiun radio lokal sebagaimana dikutip Kantor Berita Palestina WAFA dan diberitakan Mi’raj Islamic News Agency (MINA), Jumat.
Ahmad mengatakan pertemuan itu akan fokus pada pembentukan pemerintah persatuan nasional sebagaimana disepakati di Doha, Qatar, Februari 2012 lalu dan menyepakati mengeluarkan keputusan presiden untuk mengadakan pemilihan umum setelah enam bulan atau presiden memutuskan untuk bersama membentuk pemerintah baru.
“Kami sedang menunggu keputusan Hamas yang mengatakan kepada kami, siap untuk melaksanakan apa yang disepakati, dan ketika itu terjadi, saya akan pergi bersama-sama dengan delegasi Fatah ke Gaza atau ke tempat lain yang disepakati untuk mengumumkan perjanjian ini,” kata Ahmad.
Baca Juga: RSF: Israel Bunuh Sepertiga Jurnalis selama 2024
Ia juga mengatakan Haniyah meminta waktu untuk mendiskusikan hal tersebut dengan pimpinan Hamas di dalam Palestina dan di luar negeri.
Dimulainya kembali upaya rekonsiliasi terjadi setelah Ismail Haniyah, Perdana Menteri Palestina di Jalur Gaza mengatakan pekan lalu bahwa dirinya siap untuk mengakhiri perpecahan dengan Fatah.
Ia juga membebaskan tujuh anggota Fatah dari penjara pada Rabu (8/1) lalu sebagai isyarat kemauan baik untuk Fatah.
Sumber-sumber di Ramallah mengatakan, upaya ini juga dimaksudkan memberikan sinyal kepada Amerika Serikat bahwa rekonsiliasi Fatah dengan Hamas tetap menjadi pilihan Otoritas Palestina meski usaha mediasi Menlu AS untuk mengadakan perundingan damai Palestina dan Israel belum berhasil. Menteri Luar Negeri AS John Kerry baru saja mengakhiri misi empat harinya untuk menyusun kerangka bagi perundingan damai Palestina-Israel, tapi misi Kerry yang sudah kesepuluh kalinya ini masih belum berhasil menjembatani sikap-sikap mendasar kedua fihak.
Baca Juga: Setelah 20 Tahun AS Bebaskan Saudara Laki-Laki Khaled Meshal
Perpecahan antara Fatah dan Hamas dimulai pada tahun 2006, saat Hamas memenangkan pemilu legislatif Palestina. Pada tahun berikutnya, bentrokan meletus antara dua faksi besar Palestina itu, Hamas berhasil menguasai Jalur Gaza dan Fatah mengendalikan wilayah Tepi Barat.
Faksi-faksi Palestina telah berupaya mencapai rekonsiliasi nasional selama bertahun-tahun, tetapi selalu gagal. Barulah pada tahun 2012, kedua fihak mencapai persetujuan dengan menandatangani dua perjanjian -satu di Kairo, Mesir (Februari 2009) dan berikutnya di Doha, Qatar (Februari 2012)-.
Namun demikian, kedua perjanjian itu belum pernah sepenuhnya diimplementasikan sampai belakangan ini timbul keinginan kedua fihak untuk lebih serius mengusahakan persatuan nasional. (T/P02/IR)
Baca Juga: Al-Qassam Sita Tiga Drone Israel
Mi’raj Islamic News Agency (MINA)
Baca Juga: Parlemen Inggris Desak Pemerintah Segera Beri Visa Medis untuk Anak-Anak Gaza