Tel Aviv, MINA – Perdebatan dan saling tuding di antara para pejabat Israel telah meningkat sehubungan dengan padatnya penjara yang menampung tahanan Palestina sejak dimulainya serangan di Jalur Gaza pada bulan Oktober lalu.
Badan Keamanan Umum (Shin Bet) menuduh pemerintah Israel dan Menteri Keamanan Nasional, Itamar Ben-Gvir mengabaikan peringatan berbulan-bulan bahwa diperlukan ruang tahanan tambahan dalam jumlah besar untuk menampung ribuan tahanan baru Palestina, terkait dengan serangan yang sedang berlangsung di Gaza. Anadolu Agency melaporkan
Masalah kepadatan penjara terungkap setelah pembebasan Dr. Mohammed Abu Selmiya, Direktur Rumah Sakit Al-Shifa di Gaza, pada hari Senin (1/7).
Dalam pernyataannya hari Selasa, Ben-Gvir mengatakan: “Sejak saya menjabat sebagai Menteri Keamanan Nasional, salah satu tujuan tertinggi yang saya tetapkan untuk diri saya sendiri adalah memperburuk kondisi ‘teroris’ di penjara dan mengurangi hak mereka atas kejahatan.”
Baca Juga: Oposisi Israel Kritik Pemerintahan Netanyahu, Sebut Perpanjang Perang di Gaza Tanpa Alasan
“Saya akhirnya bisa melaksanakan reformasi yang telah lama ditunggu-tunggu. Kondisi ‘teroris’ di penjara diminimalkan. Kami menghentikan simpanan keuangan, menutup kantin, mengeluarkan peralatan listrik dari sel, menghentikan jalan-jalan di luar ruangan, secara signifikan mengurangi waktu yang dihabiskan di kamar mandi dan menghentikan menu lunak yang diubah menjadi menu sederhana. Singkatnya, kami benar-benar menghentikan kondisi ‘perkemahan musim panas’,” ujar Ben-Gvir.
“Terdapat kepadatan yang berlebihan di penjara,” kata Ben-Gvir, sambil menambahkan: “Saya tidak pernah berpikir untuk melepaskan ‘teroris’ dari penjara karena kepadatan yang berlebihan.”
“Ini adalah inti dari perselisihan antara saya dan Kepala Shin Bet, Ronen Bar, karena dia percaya bahwa kondisi ‘teroris’ di penjara, termasuk kepadatan yang berlebihan, terlihat buruk di dunia dan dapat menyebabkan eskalasi. Saya berpendapat jika apa yang terjadi pada kita terjadi di negara lain di dunia, maka dampaknya akan lebih besar,” kata Ben-Gvir, yang merupakan seorang ekstremis kontroversial.
“Saya telah mengusulkan solusi yang lebih sederhana, yaitu dengan membuat undang-undang hukuman mati bagi ‘teroris’, yang akan menyelesaikan masalah kepadatan, undang-undang yang juga ditentang keras oleh Shin Bet,” tegasnya.
Baca Juga: Hamas Ungkap Borok Israel, Gemar Serang Rumah Sakit di Gaza
Pejabat Layanan Penjara Israel mengatakan, seharusnya ada persiapan untuk keadaan darurat dan penerimaan tahanan sejak awal perang, tetapi hal ini tidak terjadi secara praktis.
Otoritas Penyiaran Israel mengutip pejabat yang tidak disebutkan namanya yang mengatakan, sejak awal, tidak ada persiapan sebelumnya di Layanan Penjara untuk menerima ratusan tahanan.
Setidaknya 9.623 tahanan Palestina berada dalam tahanan Israel, kelompok hak asasi manusia yang berbasis di Israel, HaMoked, mengatakan pada Senin, mengutip data Layanan Penjara Israel.
“Hingga 1 Juli 2024, Israel menahan 2.059 tahanan terpidana, 2.783 tahanan dan 3.379 tahanan administratif tanpa pengadilan. Israel juga menahan 1.402 orang sebagai ‘pejuang yang melanggar hukum’,” kata kelompok tersebut.
Baca Juga: Semua Rumah Sakit di Gaza Terpaksa Hentikan Layanan dalam 48 Jam
Istilah “pejuang yang melanggar hukum” digunakan oleh Israel untuk menggambarkan warga Palestina dari Jalur Gaza yang ditahan selama serangan sedang berlangsung di daerah kantong tersebut sejak 7 Oktober lalu. []
Mi’raj News Agency (MINA)
Baca Juga: Hamas Kecam Penyerbuan Ben-Gvir ke Masjid Ibrahimi