Yerusalem, MINA – Komisaris Jenderal Badan Bantuan dan Pekerjaan PBB untuk Pengungsi Palestina (UNRWA) Philippe Lazzarini pada Jumat (5/11) mengumumkan terus berkurangnya bantuan pada badan itu, terakhir berkurangnya separuh dari hibah tahunan Inggris, telah membuat badan tersebut makin mengalami krisis.
Lazzarini memperingatkan krisis keberadaan lembaga tersebut, yang tidak hanya disebabkan oleh kekurangan USD 100 juta tahun ini, tetapi juga karena metode pendanaan jangka panjang yang terbukti tidak berkelanjutan, MEMO melaporkan.
Inggris adalah donor keseluruhan terbesar untuk UNRWA pada tahun 2020, tetapi pemotongan terbaru menempatkannya di tingkat kedua.
“Keputusan Inggris ini merupakan dampak langsung dari keputusan negara ini menurunkan anggaran bantuan dari setara 0,7% dari pendapatan nasional bruto menjadi 0,5%,” kata Lazzarini.
Baca Juga: Puluhan Ekstremis Yahudi Serang Komandan IDF di Tepi Barat
“Ini memiliki dampak kemanusiaan dan pembangunan manusia. Kami menghitung penurunan bantuan setara dengan lebih dari 70.000 anak laki-laki dan perempuan di sekolah kami,” katanya.
UNRWA didirikan pada tahun 1949 untuk memberikan bantuan dan perlindungan bagi para pengungsi Palestina yang dipaksa keluar dari rumah mereka untuk memberi jalan bagi pembentukan negara Israel.
Organisasi tersebut saat ini memberikan layanan kepada sekitar 5,3 juta pengungsi Palestina di wilayah pendudukan, Yordania, Lebanon, dan Suriah.
Pejabat PBB itu menggambarkan suasana saat ini sebagai salah satu kesusahan dan keputusasaan di antara orang-orang Palestina. Ketika badan PBB sedang berjuang secara finansial untuk memberikan layanan yang paling penting, tapi kekurangan dana menciptakan rasa ditinggalkan yang mendalam.
Baca Juga: Tentara Israel Cemas Jumlah Kematian Prajurit Brigade Golani Terus Meningkat
Pendanaan UNRWA hampir seluruhnya berasal dari sumbangan sukarela yang diberikan oleh negara-negara anggota PBB. Badan tersebut menghadapi kesulitan keuangan yang parah sejak pemerintahan Presiden AS Donald Trump menghentikan sumbangan pada tahun 2018.
Selain itu, Uni Emirat Arab secara tajam mengurangi pendanaan badan tersebut pada tahun 2020.
Seorang juru bicara UNRWA, Sami Mshasha mengungkapkan awal tahun ini. UEA menyumbangkan USD 51,8 juta ke UNRWA pada tahun 2018 dan lagi pada tahun 2019, tetapi pada tahun 2020 hanya memberi badan tersebut USD 1 juta.
“Ini bukan masalah jangka pendek. Model pendanaan kami saat ini membuat badan ini runtuh, sangat tidak stabil sehingga menyebabkan ancaman eksistensial bagi organisasi. Tahun demi tahun, kita berada dalam situasi yang semakin memburuk,” ujarnya.
Baca Juga: Anakku Harap Roket Datang Membawanya ke Bulan, tapi Roket Justru Mencabiknya
“Saat ini di awal November, saya tidak punya apa-apa di rekening bank saya. Saya tidak tahu bagaimana saya akan menutupi biaya dan gaji dan itu berarti ribuan guru dan ribuan petugas kesehatan, kehilangan layanan kritis dalam tingkat yang sangat tinggi dan lingkungan yang tidak stabil,” tuturnya.
“Kami memulai tahun ini dengan tanggung jawab kritis. Saya tidak bisa mengambil uang. Saya tidak bisa meminjam uang. Yang bisa saya lakukan hanyalah menunda dan membangun. Bukan UNRWA yang mengabadikan status pengungsi. Status pengungsi dilanggengkan oleh tidak adanya kebijakan politik, solusi. Tidak ada orang Palestina yang ingin tetap menjadi pengungsi setelah sekian lama,” kata Lazzarini. (T/R7/P1)
Mi’raj News Agency (MINA)
Baca Juga: Tim Medis MER-C Banyak Tangani Korban Genosida di RS Al-Shifa Gaza