
ISIS
menyelundupkan minyak antara Irak dan Suriah. (Foto: dok. Bas News)" width="300" height="148" /> Anggota ISIS menyelundupkan minyak antara Irak dan Suriah. (Foto: dok. Bas News)Washington, 3 Rajab 1436/22 April 2015 (MINA) – Pejabat Amerika Serikat (AS) mengungkapkan melalui video, Selasa (22/4), kepada BBC, kelompok Islamic State atau ISIS menjual minyak kepada rezim Suriah.
Danny Glaser, Asisten Menteri Luar Negeri Departemen Keuangan AS, menjelaskan bisnis tidak mungkin dilakukan antara ISIS dan rezim Assad di Damaskus, namun menurutnya ada peluang bisnis antara keduanya.
“Rezim Assad membutuhkan minyak, ISIS membutuhkan uang tunai dan mereka bersedia untuk melakukan bisnis, bahkan ketika mereka sedang berperang satu sama lain,” katanya, Bas News yang dikutip Mi’raj Islamic News Agency (MINA), melaporkan.
Ladang minyak besar di Suriah timur yang dikuasai ISIS merupakan sumber dana paling signifikan bagi kelompok.
Baca Juga: AS Tingkatkan Serangan terhadap Cabang Al-Qaeda Hurrasud-Din
Glaser mengatakan, dengan imbalan pasokan gas ke rezim, ISIS menerima listrik dari pembangkit listrik yang dikelola pemerintah.
Namun tuduhan itu disangkal oleh pemerintah Damaskus.
Selain Glaser, pejabat di Baghdad dan Kurdistan Region mengatakan kepada wartawan BBC Peter Taylor, ISIS memiliki dana perang sekitar $ 2 miliar.
Dana kelompok bersumber dengan memberlakukan pajak, menuntut uang tebusan, menjual barang antik dan menjual minyak dari ladang minyak di wilayah yang dikuasai.
Baca Juga: Mesir akan Jadi Tuan Rumah KTT Arab tentang Rekonstruksi Gaza
ISIS mengenakan pajak pada hampir semua sektor bisnis, perusahaan listrik, apotek, pompa bensin, perusahaan-perusahaan minyak. Jika pembayaran ditolak, individu terancam digranat oleh anggota kelompok. (T/P001/R02)
Mi’raj Islamic News Agency (MINA)
Baca Juga: Turki Renovasi Bandara Internasional Damaskus yang Rusak Imbas Perang Saudara