Pejabat Xinjiang China Coba Larang Puasa Ramadhan


Xinjiang, 11 Ramadhan 1438/6 Juni 2017 (MINA) – Pejabat berwenang di Xinjiang, sebuah provinsi China bagian barat laut, telah melakukan larangan terhadap puasa Ramadhan bagi umat Islam di sana.
Guru, pegawai negeri, dan karyawan di sektor jasa yang ditemukan berpuasa Ramadhan “akan ditangani,” menurut seorang pejabat yang tak mau disebut namanya, dari kota Zawa, menurut laporan media.
“Komunis China telah mencoba selama puluhan tahun untuk menggantikan ketaatan religius dengan kesetiaan kepada partai tersebut, terutama di kalangan orang-orang Uyghur, yang kebanyakan beragama Islam, dan tinggal di provinsi Xinjiang,” lanjut laporan Lifezette dan Daily Caller yang diberitakan MINA, Selasa (6/6/2017).
Hukuman khusus untuk ketidakpatuhan itu sendiri disebutkan masih belum jelas.
“Kita mencoba melakukan langkah-langkah untuk memastikan perdamaian dan harmoni sosial selama bulan Ramadan,” pernyataan resmi Layanan Uyghur Radio Free Asia.
Pihak berwenang di Xinjiang juga telah memerintahkan restoran-restoran untuk tetap buka selama bulan Ramadhan.
“Perintah ini berasal dari Komite Hukum Politik beberapa hari yang lalu,” kata pejabat anonim.
Restoran yang tidak buka atau individu yang tidak sesuai dengan larangan akan menerima sanksi.
Pihak berwenang selama beberapa tahun dikabarkan telah berusaha untuk membatasi aktivitas Ramadhan. Namun kali ini bersamaan dengan tindakan pemerintah yang semakin represif menindak ekspresi religius.
Tercatat pada bulan Maret lalu, pemerintah setempat melarang burqa (cadar) dan janggut karena dianggap ‘tidak normal’, dan sebulan kemudian melarang nama-nama Islami untuk bayi.
Orang Uighur adalah kelompok etnis Turki yang banyak tinggal di wilayah Xinjiang, China.
Wilayah ini berbatasan dengan beberapa negara berpenduduk mayoritas Muslim, termasuk Afghanistan dan Pakistan.
Pemerintah setempat menuduh kelompok Negara Islam telah merekrut ‘teroris’ dari dalam provinsi China.
Diperkirakan ISIS telah merekrut Uyghur untuk bergabung dengan kelompoknya.
Beijing telah lama mengklaim bahwa ISIS telah merekrut beberapa warga Uygur dari wilayah Xinjiang yang sebagian besar beragama Islam.
Pada saat yang sama, pihak berwenang telah melarang atau mengendalikan secara ketat ketaatan praktik-praktik peribadatan Muslim tertentu, seperti berjanggut dan puasa selama bulan Ramadhan, dan mengatakan bahwa mereka adalah simbol ‘ekstremisme Islam’.
(T/RS2/B05)
Mi’raj Islamic News Agency (MINA)