Sanaa, Yaman, 30 Rabi’ul Awwal 1436/21 Januari 2015 (MINA) – Oposisi Houthi telah mengambil kontrol penuh istana presiden Yaman di ibukota Sanaa setelah bentrokan singkat dengan penjaga keamanan kompleks tersebut.
Saksi dan sumber keamanan mengatakan, perkembangan itu terjadi sehari setelah kedua pihak dalam konflik sepakat untuk gencatan senjata.
Gencatan senjata tersebut dimaksudkan untuk membuka jalan perundingan pada Selasa, antara Presiden Abd-Rabbu Mansour Hadi yang didukung secara internasional dan kelompok Houthi Ansarallah, Al Jazeera melaporkan yang dikutip Mi’raj Islamic News Agency (MINA).
houthi/">Abdul Malik Al-Houthi yang selama bertahun-tahun menjadi negosiator utama untuk Ansarallah, menuding Presiden Hadi bertanggung jawab atas ketidakstabilan di Yaman dan karena gagal melaksanakan kesepakatan damai yang tercapai pada September 2014, Perdamaian dan Perjanjian Kemitraan Nasional (PNPA).
Baca Juga: Lima Paramedis Tewas oleh Serangan Israel di Lebanon Selatan
Dia adalah keturunan dari keluarga Zaidi Syiah dari barat laut Yaman.
“Jika Presiden bertindak secara bertanggung jawab, kita orang-orang Yaman akan menyaksikan realitas yang positif,” kata Al-Houthi.
Pemerintah Yaman sebelumnya menyalahkan Al-Houthi sebagai orang pertama mengingkari perjanjian damai.
Al Jazeera melaporkan dari Sanna, Komandan Pasukan Pengawal Presiden menyerah.
Baca Juga: Militer Israel Akui Kekurangan Tentara dan Kewalahan Hadapi Gaza
“Brigade Ketiga Penjaga Presiden melawan oposisi Houthi tanpa perlawanan dan meninggalkan istana presiden,” lapor Al Jazeera.
Dilaporkan pula, penjaga presiden di luar kediaman Hadi di tempat lain di Sanaa mendapat serangan dari penembak jitu.
Mengutip sumber-sumber di Sanaa, wartawan Al Jazeera mengatakan, Presiden Hadi selamat, tapi kediamannya dalam kepungan pejuang Houthi. (T/P001/R02)
Mi’raj Islamic News Agency (MINA)
Baca Juga: Netanyahu Akan Tetap Serang Lebanon Meski Ada Gencatan Senjata