Doha, MINA — Kelompok pejuang Palestina Hamas mengecam keras keputusan Kazakhstan yang dilaporkan hendak menormalisasi hubungan diplomatik dengan Israel melalui keanggotaannya dalam Abraham Accords, menilai langkah itu sebagai bentuk pembenaran atas tindakan Israel terhadap warga Palestina.
Hamas dalam pernyataannya Sabtu (8/11) menyebut bahwa keputusan Kazakhstan untuk bergabung dalam Abraham Accords dan memperkuat kemitraan dengan Israel adalah “langkah yang tidak dapat diterima dan memalukan”. Al-Jazeera melaporkan.
Kelompok ini juga menegaskan bahwa tindakan tersebut menyiratkan persetujuan atas operasi militer Israel yang menurut Hamas telah menewaskan lebih dari 68.800 warga Palestina sejak 7 Oktober 2023.
Sementara itu, kantor Presiden Kazakhstan sebelumnya membenarkan bahwa negara tersebut tengah mempertimbangkan keanggotaan dalam Abraham Accords sebagai bagian dari strategi kebijakan luar negeri yang menekankan diplomasi global.
Baca Juga: Serangan Udara Israel di Lebanon Selatan Tewaskan Tiga Orang
Hubungan diplomatik antara Kazakhstan dan Israel sendiri telah terjalin sejak 1992. Namun langkah menuju normalisasi tersebut memunculkan kritik keras dari sejumlah pihak pro-Palestina, termasuk Hamas yang menuntut agar Kazakhstan mempertimbangkan konsekuensi moral dan politik dari keputusan itu.
Semangat normalisasi hubungan antara Israel dan negara-negara Muslim tumbuh sejak penandatanganan Abraham Accords pada 2020, di mana sejumlah negara bergabung untuk menjalin kerjasama diplomatik dan ekonomi dengan Israel.
Kazakhstan yang berada di Asia Tengah kini ikut dipertimbangkan sebagai negara berikutnya. Namun keputusan ini menjadi sorotan kuat dari pihak-pihak pro-Palestina yang melihat normalisasi sebagai pengingkaran solidaritas terhadap rakyat Palestina dan bisa melemahkan posisi tawar mereka di arena internasional. []
Mi’raj News Agency (MINA)
Baca Juga: Surat Kabar Ibrani: Pasar Tenaga Kerja Israel Menurun Tajam
















Mina Indonesia
Mina Arabic