Jakarta, MINA – Uni Eropa dan Negara-negara Anggotanya resmi menutup rangkaian kegiatan Pekan Diplomasi Iklim 2019 di Indonesia pada Ahad (6/10).
Dalam acara penutupan tersebut, kaum muda Indonesia yang progresif berbagi pengalaman tentang bagaimana mereka menjadi pelopor ataupun panutan dalam upaya mengatasi keadaan darurat iklim.
Kuasa Usaha Ad Interim Delegasi Uni Eropa, Charles-Michel Geurts mengatakan, pihaknya menyerukan pula agar kaum muda lainnya mengikuti jejak ambisi mereka.
“Gerakan kaum muda secara global dalam iklim/">aksi iklim merupakan bukti meningkatnya kesadaran di masyarakat bahwa perubahan iklim adalah kenyataan yang sudah semakin mendesak saat ini,” kata Geurts.
Baca Juga: Kemenag Kerahkan 50 Ribu Penyuluh Agama untuk Cegah Judi Online
“Selama Pekan Diplomasi Iklim, kami menyaksikan bahwa sudah banyak upaya dan program inovatif yang fokus pada iklim. Lebih menggembirakan lagi adalah mengetahui bahwa anak muda Indonesia berada di belakang gerakan dan komitmen ini,” tambahnya.
Pekan Diplomasi Iklim 2019 – yang berlangsung dari 23 September hingga 6 Oktober – bertema “Kaum Muda dan iklim/">Aksi Iklim,” karena semakin banyak orang muda memimpin iklim/">aksi iklim, membuat suara mereka didengar, dan menuntut pemerintah, perusahaan dan kita semua untuk mengambil tindakan.
Dalam Pekan Diplomasi Iklim tahun ini, Uni Eropa mempersembahkan 15 kegiatan dan bermitra dengan tujuh kedutaan besar Negara Anggota Uni Eropa, satu kementerian, 19 mitra institusi, organisasi dan komunitas, serta 12 pemimpin opini atau selebriti Indonesia.
Kegiatan-kegiatan tersebut mengangkat beragam persoalan perubahan iklim: seputar pelestarian hutan dan lautan, energi terbarukan, pertanian yang berkelanjutan, produksi dan konsumsi yang bertanggungjawab, serta perencanaan tata kota yang berwawasan hijau.
Baca Juga: Indonesia Sesalkan Kegagalan DK PBB Adopsi Resolusi Gencatan Senjata di Gaza
Acara digelar dalam berbagai format, mulai dari lokakarya, forum diskusi, kompetisi dan permainan, demo masak, siaran podcast, pembuatan ilustrasi dan komik kartun, program pembersihan lingkungan, hingga pertunjukan musik dan pemutaran film.
Geurts mengatakan, Uni Eropa mendukung kaum muda karena kami juga prihatin tentang perubahan iklim. pihaknya menghargai pula upaya mereka meningkatan perhatian dan kesadaran terhadap masalah yang menguatirkan dan mendesak ini.
“Uni Eropa berharap dapat melihat lebih banyak program komunitas kaum muda berjalan secara berkelanjutan di Indonesia. Kami tidak ingin kolaborasi yang konstruktif ini berakhir di sini, dan nuansa positif yang sudah terbangun ini memudar. Sebagai kelanjutan dari Pekan Diplomasi Iklim tahun ini, kami akan meneruskan kerjasama dengan mitra-mitra yang sudah ada, melalui kampanye yang kami sebut sebagai Greenmix,” ucap Bapak Geurts saat acara penutupan.
Acara penutupan Pekan Diplomasi Iklim 2019 ini dihadiri pula oleh Duta Besar Polandia Ibu Beata Stoczyńska dan Direktur Institut Français d’Indonésie Bapak Stephane Dovert.
Baca Juga: Lomba Cerdas Cermat dan Pidato tentang Palestina Jadi Puncak Festival Baitul Maqdis Samarinda
Para mitra Pekan Diplomasi Iklim turut juga mengungkapkan pengalaman mereka dari kegiatan selama dua minggu penuh, serta memberi kesan dan pesan mereka dalam berjuang melawan perubahan iklim.
Mereka juga menuntut komitmen dan tindakan nyata dari kaum muda dan masyarakat dalam menanggapi tantangan iklim. Band musik The Rain tampil pula dengan membawakan lagu “Today for Our Tomorrow” yang mereka ciptakan secara khusus untuk menjadi lagu tema Pekan Diplomasi Iklim Uni Eropa dan Indonesia.(L/R01/P2)
Mi’raj News Agency (MINA)
Baca Juga: Selamat dari Longsor Maut, Subur Kehilangan Keluarga