PELAJAR PALESTINA TERPAKSA TEROBOS SALURAN LIMBAH UNTUK CAPAI SEKOLAH

maannews
Anak-anak di barat terpaksa berjalan kaki menerobos saluran air limbah untuk mencapai sekolah. (Foto: MaanImages)

Para Pelajar Palestina terpaksa menyeberang melalui saluran limbah untuk mencapai sekolah menegah mereka di barat distrik Ramallah, setelah sebuah jalan permukiman ilegal memotong satu-satunya jalur akses menuju lokasi sekolah itu.

Lebih dari 200 siswa dari Desa al-Tira dan Beit Ur al-Fuqa kini harus mencapai sekolah mereka menggunakan rute berjarak empat kilometer, yang membentang di sepanjang tembok pemisah, di mana pemukim ilegal ekstrimis Yahudi bersenjata, serta tentara pendudukan Israel, hampir setiap hari mengganggu perjalanan mereka.

Menurut laporan warga Palestina setempat yang dipublikasikan Ma’an News, rute tersebut harus melewati saluran limbah dan secara teratur butuh waktu bagi siswa hingga 40 menit untuk mencapai sekolah mereka, saat saluran diisi dengan air hujan pada musim dingin dan menjadi sarang ular pada musim panas.

Siswa mengatakan kepada Ma’an News, tentara Israel secara teratur menembakkan tabung gas air mata pada mereka saat perjalanan mereka kembali.

Sekolah Menengah Al-Tira Beit Ur al-Fuqa kini dikelilingi tembok pemisah ilegal Israel di tiga sisi pada satu sisi bahkan terbentang dinding memisahkan lokasi sepanjang lebih dari lima kilometer dalam garis kesepakatan Gencatan Senjata 1949.

Dinding memisahkan desa dari permukiman ilegal Israel Beit Horon serta kamp pelatihan militer Israel. Di sisi keempat sekolah, jalan dibuka khusus untuk pemukim ilegal Israel sebagai akses jalur Al-Quds menuju Tel Aviv.

Kepala sekolah sekolah tersebut, Samer Bader, mengatakan saat saluran limbah terisi air limbah pada musim dingin, menjadikan situasi sangat sulit bagi anak-anak untuk mencapai sekolah dan kadang-kadang mereka tidak mampu melintasi sama sekali.

Bader juga mengatakan, kondisi keamanan sekitar sekolah mencegah pengurus sekolah melakukan pengembangan dan pemeliharaan sekolah secara benar, yang berarti bahwa pada musim dingin siswa belajar di ruang kelas dengan kondisi memprihatinkan.

Sekolah juga telah berulang kali diserang oleh tentara Israel selama sekolah berjalan, Bader melanjutkan, ia percaya bahwa pasukan Israel sengaja menghalangi setiap upaya untuk mengembangkan atau meningkatkan sekolah dengan melancarkan serangan hampir setiap hari.

Seorang siswa, Mumen Faraj, mengatakan, ia kini harus meninggalkan rumahnya pada pukul 6:45 pagi untuk mencapai sekolahnya yang dimulai pukul 08:00 pagi waktu setempat. Dia mengatakan, rintangan yang harus dihadapi dalam perjalanan membuat teman-teman sekelasnya kesulitan fokus selama Kegiatan Belajar Mengajar belangsung.

Siswa lain, Ayman Abdul-Fattah, mengatakan bahwa ia dan teman-teman sekelasnya telah berulang kali dilecehkan oleh para pemukim ilegal Israel dalam perjalanan mereka menuju sekolah.

Dia menambahkan bahwa para siswa selalu takut setiap kali mereka melihat tentara Israel saat mereka berjalan menuju ke sekolah.

Permukiman ilegal Israel Beit Horon didirikan pada tahun 1977, dan pada tahun 2006, tembok pemisah dibangun untuk memisahkan permukiman ilegal dari sekolah.

Lebih dari 500.000 pemukim ekstrimis Yahudi tinggal di permukiman yang dibangun Israel di dan Al-Quds Timur, bertentangan dengan hukum internasional.

Israel mulai membangun tembok pemisah pada tahun 2002, dan rute tembok yang membentang telah menjadi sasaran demonstrasi rutin warga Palestina yang berada di wilayah perbatasan yang tanahnya dipotong oleh jalan yang dibangun Israel.

Israel secara rutin menyita sebagian besar tanah Palestina untuk membangun dinding, dan saat tembok penghalang sepanjang 435 mil selesai, 85 persen dari tembok itu dibangun di Tepi Barat, wilayah Palestina yang diduduki zionis itu.

Pada tahun 2004 Mahkamah Pidana Internasional memutuskan bahwa tembok pemisah itu ilegal dan “sama saja dengan tindakan aneksasi.” Tapi seperti biasa, Israel tak peduli. (T/R05/P2)

 

Mi’raj Islamic News Agency (MINA)

http://maannews.com/eng/ViewDetails.aspx?ID=760064

Wartawan: Rana Setiawan

Editor: Ismet Rauf

Ikuti saluran WhatsApp Kantor Berita MINA untuk dapatkan berita terbaru seputar Palestina dan dunia Islam. Klik disini.

Comments: 0