Jenin, MINA – Teman sekelas Sadeel Naghnaghiyeh di sekolah pengungsi UNRWA membawa peti matinya melalui jalan-jalan Jenin, sambil menangis. Dia dimakamkan di Pemakaman syuhada Jenin pada Rabu sore (21/6).
Warga Palestina di kamp pengungsi Jenin berduka atas gadis Palestina berusia 14 tahun itu, yang meninggal karena luka akibat serangan militer di kamp tersebut pada hari Senin. Ribuan orang Palestina berkumpul meneriakkan amarah.
Sadeel, siswi kelas 9 dan saudara perempuan dari empat anak laki-laki, terkena tembakan di kepala oleh tentara Israel.
Enam orang Palestina lainnya juga tewas hari itu, termasuk seorang anak laki-laki berusia 15 tahun Ahmad Yousef Saqer, dan lebih dari 90 orang terluka, termasuk 23 orang dalam kondisi kritis, dalam apa yang digambarkan penduduk sebagai serangan Israel “terbesar dan paling brutal” di Jenin selama dua puluh tahun.
Baca Juga: Tentara Israel Cemas Jumlah Kematian Prajurit Brigade Golani Terus Meningkat
“Sadeel adalah seorang gadis ceria yang membuat semua orang di sekitarnya tersenyum,” kata pamannya, Nidal Naghnaghiyeh, kepada The New Arab.
“Dia sangat pintar dan memiliki nilai tinggi di sekolah. Dia juga anak manja dalam keluarga, menjadi satu-satunya anak perempuan di antara empat bersaudara,” ujarnya.
“Kehilangannya mengejutkan keluarga dan teman-teman, terutama ibunya, yang masih menyangkal. Dia dibunuh tanpa alasan. Dia tidak membahayakan siapa pun,” tambah pamannya.
Tak lama setelah dia dinyatakan meninggal Rabu pagi, ayah Sadeel berbicara kepada media Palestina di depan rumah sakit Jenin.
Baca Juga: Anakku Harap Roket Datang Membawanya ke Bulan, tapi Roket Justru Mencabiknya
“Sirene kamp mulai berbunyi, menandakan bahwa pendudukan sedang menyerbu kamp. Pada saat yang sama Sadeel pergi ke rumah sepupunya tepat di seberang jalan,” katanya.
“Tidak ada konfrontasi di bagian kamp kami, tetapi saya khawatir karena tentara pendudukan sering menempatkan penembak jitu di sekitar kamp sebelum penyerbuan,” kenang sang ayah.
“Saya membiarkan dia pergi karena dia tampak seperti gadis muda, bukan petarung dan karena tidak ada penembakan di jalan kami. Saya hanya menyuruhnya untuk tinggal bersama sepupunya di dalam, jauh dari jendela,” ujarnya.
“Kemudian saat dia melangkah keluar ke halaman rumah, saya mendengar saudara laki-lakinya berteriak bahwa dia telah jatuh ke tanah, dan ketika saya bergegas untuk mengangkatnya, dia mengeluarkan darah dari kepalanya,” katanya.
Baca Juga: Tim Medis MER-C Banyak Tangani Korban Genosida di RS Al-Shifa Gaza
Pada hari Senin, kementerian kesehatan Palestina melaporkan jumlah korban meninggal dan terluka di Jenin, menyebutkan “seorang gadis muda terluka parah di kepala”. Pada hari Rabu, pukul 06.30 pagi, dia dinyatakan meninggal.
“Tuhan, kami mempercayai-Mu pengungsian kami dan perlawanannya, tolong beri kami satu hari tanpa kehilangan atau kesedihan,” adalah postingan terakhir yang ditulis Sadeel Naghnaghiyeh di timeline singkat Facebook-nya.
Di postingan tersebut, teman-teman dan rekan seusianya terus mengomentari kehilangan dan kesedihan. Mereka juga membagikan postingannya yang paling banyak beredar, yang dia terbitkan pada bulan April 2022.
Sadeel menulisnya tiga hari setelah gadis sekolah lain di kamp Jenin, Hanan Khadour, meninggal karena luka yang disebabkan oleh pasukan Israel: “Kami tidak mencintai kesyahidan, kesyahidanlah yang mencintai kami.”
Baca Juga: Laba Perusahaan Senjata Israel Melonjak di Masa Perang Gaza dan Lebanon
Dengan kematian Sadeel Naghnaghiyeh, jumlah warga Palestina yang dibunuh oleh pasukan Israel sejak awal tahun meningkat menjadi 174, menurut kementerian kesehatan Palestina. 29 anak termasuk dalam hitungan ini, menurut kelompok hak anak. (T/R7/P1
Mi’raj News Agency (MINA)
Baca Juga: Jumlah Syahid di Jalur Gaza Capai 44.056 Jiwa, 104.268 Luka