Jakarta, MINA – Ujian Sekolah Berstandar Nasional (USBN) tahun ini mengalami pengembangan. Untuk jenjang Sekolah Dasar (SD), yakni sebanyak 75-80 persen soal USBN disiapkan oleh guru mata pelajaran pada satuan pendidikan, kemudian dikonsolidasikan dengan Kelompok Kerja Guru (KKG).
Pada jenjang SD, USBN di tahun 2018 tetap menguji tiga mata pelajaran (mapel), yaitu Bahasa Indonesia, Ilmu Pengetahuan Alam (IPA), dan Matematika. Sekitar 90 persen soal berjenis pilihan ganda, dan sekitar 10 persen berbentuk esai.
“Perakitan soal USBN seratus persen dilaksanakan guru-guru mata pelajaran di tingkat KKG atau Musyawarah Guru Mata Pelajaran (MGMP),” kata Menteri Pendidikan dan Kebudayaan (Mendikbud) Muhadjir Effendy dalam taklimat media di kantor Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan (Kemendikbud), Jakarta, Rabu (10/1).
Kepala Badan Penelitian dan Pengembangan (Balitbang), Totok Suprayitno mengungkapkan, mata pelajaran yang diujikan sebelumnya telah diujikan dalam US/M.
Baca Juga: Program 100 Hari Kerja, Menteri Abdul Mu’ti Prioritaskan Kenaikan Gaji, Kesejahteraan Guru
Sedangkan, lanjut dia, untuk mata pelajaran Pendidikan Agama, Pendidikan Pancasila dan Kewarganegaraan (PPKN), Ilmu Pengetahuan Sosial (IPS), Seni Budaya dan Keterampilan, Pendidikan Jasmani dan Kesehatan (Penjaskes) dan Olah Raga, naskah soal ujian 100 persen disiapkan oleh sekolah.
Totok menjelaksn, untuk Kesetaraan Program Paket A mata pelajaran yang diujikan dalam USBN adalah Bahasa Indonesia, Matematika, IPA, IPS, dan PPKN.
“Lima mapel tersebut merupakan mapel yang yang sebelumnya diujikan dalam US/M Program Kesetaraan. Pada Ujian Sekolah yang diujikan adalah Pendidikan Agama, Seni Budaya dan Keterampilan, serta Penjaskes dan Olah Raga,” jelasnya.
Selanjutnya, untuk jenjang SMP, SMA, SMK, dan Pendidikan Luar Biasa, serta Pendidikan Kesetaraan (Paket B/Wustha, dan Paket C/Ulya) seluruh mata pelajaran akan diujikan dalam USBN, dan tidak ada lagi pelaksanaan ujian sekolah.
Baca Juga: Delegasi Indonesia Raih Peringkat III MTQ Internasional di Malaysia
“Tahun ini, seluruh Mapel akan diujikan dengan komposisi soal 90 persen pilihan ganda, dan 10 persen esai,” ujar Totok.
Sedangkan untuk jenjang SMP, SMA, dan SMK 75 sampai 80 persen naskah disiapkan oleh guru pada satuan pendidikan dan dikonsolidasikan dengan Musyawarah Guru Mata Pelajaran (MGMP).
Sementara untuk SDLB, SMPLB, dan SMALB, 100 persen soal ujian disiapkan oleh sekolah berdasarkan kisi-kisi nasional. Selanjutnya untuk Pendidikan Kesetaraan Program Paket A/Ula, Paket B/Wustha, dan Paket C/Ulya 75 – 80 persen soal ujian disiapkan oleh Tutor dan dikonsolidasikan dengan Forum Tutor, dan 20 – 25 pesen soal disiapkan oleh pusat sebagai soal jangkar (anchor).
Penyusunan soal USBN tahun ini melibatkan guru dari berbagai sekolah untuk membuat butir-butir soal dengan porsi 75 sampai 80 persen, kemudian digabungkan dengan 20 sampai 25 persen soal yang disiapkan oleh pusat.
Baca Juga: Matahari Tepat di Katulistiwa 22 September
“Soal itu kemudian diperiksa dan dirakit bersama oleh KKG atau MGMP, di bawah koordinasi Dinas Pendidikan Provinsi/Kab/Kota atau Kanwil/Kantor Kemenag. Standar dan kisi-kisi ditetapkan oleh BSNP,” ujar Kepala Balitbang.
Pada tahun pelajaran 2016/2017, ujian akhir satuan pendidikan pada jenjang SD menggunakan istilah Ujian Sekolah/Madrasah biasa disingkat US/M. Sedangkan Ujian Sekolah Berstandar Nasional (USBN) mulai diberlakukan pada tahun pelajaran 2016/2017 untuk SMP, SMA, SMK, dengan beberapa mata pelajaran yang diujikan.
Kepala Badan Standarisasi Nasional Pendidikan (BSNP) Bambang Suryadi mengungkapkan posisi USBN sangat strategis, khususnya sejak Ujian Nasional tidak lagi menentukan kelulusan peserta didik.
“Dengan USBN ini, kita juga meningkatkan kompetensi guru dan capaian kompetensi lulusan,” ujar Bambang. (L/R01/RI-1)
Baca Juga: Roma Sitio Raih Gelar Doktor dari Riset Jeruk Nipis
Mi’raj News Agency (MINA)
Baca Juga: Universitas Lampung Sepakati MoU dengan Chosun University of Korea