Image for large screens Image for small screens

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Damai di Palestina = Damai di Dunia

ADVERTISEMENT

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Pelanggaran Israel di Gaza Terus Terjadi Sejak 10 Oktober

Widi Kusnadi Editor : Rudi Hendrik - 26 detik yang lalu

26 detik yang lalu

0 Views

Militer Israel kembali melanggar gencatan senjata (Foto: Anadolu)

KESEPAKATAN gencatan senjata yang diharapkan menjadi awal baru bagi perdamaian di Gaza belum menunjukkan hasil nyata. Dalam waktu kurang dari sebulan, pasukan Israel dilaporkan telah melanggar perjanjian lebih dari 40 kali, menyebabkan jatuhnya korban jiwa dan terhambatnya bantuan kemanusiaan bagi warga Palestina.

Kesepakatan gencatan senjata yang mulai diberlakukan pada 10 Oktober 2025 melihat fase awal yang cukup menggembirakan: pertukaran tahanan dan pembebasan sejumlah besar narapidana Palestina. Namun demikian, di lapangan muncul kondisi yang jauh dari tenang.

Menurut pernyataan resmi dari Gaza Media Office, sejak 10 Oktober telah tercatat 47 pelanggaran oleh Israel—termasuk penembakan langsung terhadap warga sipil, penargetan sengaja wilayah pemukiman, dan penahanan warga-sipil. Pelanggaran tersebut menyebabkan sedikitnya 38 orang tewas dan 143 lainnya terluka.

Laporan lain menyebut angka yang lebih besar — hingga 80 pelanggaran, lebih dari 95 korban meninggal, dan lebih dari 230 luka-luka dalam rentang waktu yang sangat singkat.

Baca Juga: 90 Warga Gaza Syahid dalam Serangan Udara Terbaru Israel

Salah satu titik kritis ialah pembukaan perbatasan Rafah dan akses bantuan kemanusiaan ke wilayah Gaza. Meskipun dalam kesepakatan disebutkan bahwa truk bantuan kemanusiaan akan diprioritaskan, data menunjukkan bahwa hanya sebagian kecil dari target yang tercapai. Antara 10 dan 16 Oktober saja, tercatat baru sekitar 216 truk yang mencapai tujuan mereka di Gaza — jauh di bawah jumlah yang dijanjikan.

Selain itu, konflik atas pengembalian jasad hostages dan tahanan juga menjadi pemicu tensi lanjutan. Israel secara terbuka menyatakan bahwa pihaknya masih menunggu pengembalian beberapa jasad, sedangkan Hamas menegaskan bahwa kerusakan infrastruktur dan penghalang teknis memperlambat proses tersebut.

Para pengamat keamanan dan kemanusiaan menilai bahwa gencatan senjata yang sekarang ini lebih bersifat “kesepakatan berhenti-tembak temporer” dibandingkan fondasi perdamaian yang kuat.

Seperti yang ditulis oleh lembaga pemikir Chatham House: tantangan terbesar bukan hanya menghentikan tembakan, melainkan memastikan perlindungan warga sipil, pemulangan yang aman, dan akses bantuan yang tidak terhambat.

Baca Juga: UNRWA Luncurkan Program Belajar Daring untuk 300.000 Siswa Gaza

Bagi warga Gaza sendiri, meski gencatan senjata secara resmi berlaku, kehidupan sehari-hari tetap diwarnai ketidakamanan. Sumber kesehatan lokal melaporkan bahwa banyak korban tertabrak lintasan militer, bom yang belum meledak, dan dampak psikologis mendalam akibat dua tahun konflik sebelumnya. []

 

Mi’raj News Agency (MINA)

Baca Juga: Wapres AS: Perjanjian Gencatan Senjata Gaza Masih Berlaku

Rekomendasi untuk Anda