New York, MINA – Pelapor Khusus Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB), Reem Alsalem, untuk Kekerasan terhadap Perempuan dan Anak Perempuan, menyatakan bahwa situasi di Jalur Gaza telah mencapai tingkat yang belum pernah terjadi dalam sejarah modern.
Dalam pernyataan pers pada Ahad (2/2) dilaporkan WAFA, Alsalem menegaskan, serangan Israel terhadap perempuan Palestina merupakan bagian dari strategi sistematis genosida.
Ia menekankan, pembunuhan perempuan Palestina semata-mata karena gender mereka merupakan kejahatan perang dan kejahatan terhadap kemanusiaan.
Lebih lanjut, Alsalem menggarisbawahi bahwa penargetan perempuan secara sengaja dan penghancuran layanan kesehatan reproduksi digunakan sebagai alat genosida Israel di Gaza.
Baca Juga: Kunjungan Luar Negeri Perdana, Presiden Suriah Tiba di Arab Saudi
Ia menekankan, tinjauan menyeluruh terhadap tindakan Israel menunjukkan bahwa upaya menghancurkan kapasitas reproduksi warga Palestina merupakan aspek utama dari strategi ini.
Alsalem merujuk pada Konvensi PBB tentang Pencegahan dan Penghukuman Kejahatan Genosida, yang juga melarang tindakan genosida yang bertujuan mencegah reproduksi dalam suatu kelompok tertentu.
Ia menjelaskan, jika dipertimbangkan secara keseluruhan, penghancuran sistem layanan kesehatan, penelantaran bayi baru lahir, serta penciptaan kondisi yang tidak tertahankan bagi perempuan hamil dan menyusui semuanya berfungsi sebagai instrumen kekerasan genosida Israel yang bertujuan untuk memusnahkan populasi Palestina secara total atau sebagian.
Alsalem juga menyoroti dampak bencana dari serangan yang terus berlanjut terhadap perempuan dan anak-anak, mengutip data dari Dana Kependudukan PBB (UNFPA). Ia mencatat, sekitar 800.000 perempuan telah dipaksa mengungsi dari rumah mereka, dan hampir satu juta perempuan dan anak perempuan mengalami kerawanan pangan yang parah.
Baca Juga: PM Kanada Balas Trump, Nakkan Tarif 25 persen pada Produk AS
Pejabat PBB itu juga mengungkapkan, tingkat aborsi meningkat hingga 300% akibat kurangnya perawatan medis yang memadai, trauma psikologis, dan serangan bom yang terus menerus.
“Ini lebih dari sekadar genosida,” ujarnya, seraya menambahkan bahwa situasi ini melibatkan pembunuhan yang disengaja serta penghapusan total norma hukum dalam konflik bersenjata.[]
Mi’raj News Agency (MINA)
Baca Juga: Netanyahu Bertolak ke AS untuk Temui Trump