Image for large screens Image for small screens

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Damai di Palestina = Damai di Dunia

ADVERTISEMENT

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Pelayanan Kesehatan di Gaza Terkendala Krisis Listrik dan Obat-obatan

Rana Setiawan - Senin, 21 Januari 2019 - 04:31 WIB

Senin, 21 Januari 2019 - 04:31 WIB

13 Views

Jakarta, MINA – Direktur Jenderal Direktorat Kerjasama Luar Negeri Kementerian Kesehatan (Kemenkes) Palestina Dr. Ashraf A. AbuMhadi memperingatkan akibat fatal yang dialami oleh sejumlah unit pelayanan kesehatan karena krisis listrik dan pasokan obat-obatan yang berlangsung terus menerus.

“Kondisi pasien saat ini boleh jadi lebih memprihatinkan sejak situasi blokade yang melilit kehidupan di Jalur Gaza ini. Apalagi mendesaknya pelayanan gawat darurat seiring bertambahnya korban aksi Great March Return yang masih terus berlanjut hingga saat ini,” kata AbuMhadi sata bertemu dengan tim Lembaga Kemanusiaan Kegawatdaruratan Medical Emergency Rescue Committee (MER-C) di Kantor Pusat MER-C, Jakarta, Ahad malam (20/1).

Hadir dalam pertemuan yang membahas pembangunan tahap kedua Rumah Sakit (RS) Indonesia itu, yakni Presidium MER-C Ir. Faried Thalib dan dr. Arief Rahman, SpRad.; Ketua Divisi Kontruksi MER-C dr. Ir. Idrus M Alatas M.Sc.; Ketua Tim Alkes RS Indonesia dr. Ir. Ahyahudin Sodri, MSc.; Arsitek RS Indonesia Ir. Rizal Syarifudin; Ketua Divisi Penggalangan Dana MER-C Ir. Luly Larissa; dan Manajer Operasional MER-C Rima Manzanaris.

Dia juga mengimbau seluruh elemen khususnya lembaga-lembaga kemanusiaan untuk mencari solusi dan membantu secepat mungkin pengadaan pasokan listrik dan obat-obatan, demi nasib para pasien yang membutuhkan pengobatan serius.

Baca Juga: Anakku Harap Roket Datang Membawanya ke Bulan, tapi Roket Justru Mencabiknya

Menurut Kemenkes, rumah sakit Gaza membutuhkan 450 ribu liter bahan bakar solar dalam sebulan untuk mengoperasikan 87 generator listrik demi kelangsungan pelayanan kesehatan, jika terjadi pemadaman listrik antara 8-12 jam sehari.

Jika krisis listrik seperti ini terus berlanjut, maka layanan kesehatan di rumah sakit seluruh Gaza terancam berhenti beroperasi, begitu pula pada sekitar 50 ruang laboratorium medis dan 10 ruang (bank) penyimpanan darah.

Situasi ini semakin serius dan di sejumlah tempat pelayanan kesehatan benar-benar mulai berhenti untuk sementara waktu, karena persediaan bahan bakar semakin berkurang.

Selain itu, lanjut AbuMhadi, Kemenkes Palestina menyatakan bahwa kekurangan pasokan obat-obatan yang kian menipis. Rumah sakit di Gaza sekarang sangat membutuhkan bantuan obat-obatan seperti obat bius, antibiotik, cairan infus, kain kasa, dan plester.

Baca Juga: Tim Medis MER-C Banyak Tangani Korban Genosida di RS Al-Shifa Gaza

“Bantuan obat-obatan sangat dibutuhkan mengingat hampir setiap hari jumlah korban semakin bertambah,” tegasnya.

Aksi damai rakyat Gaza Great Return March (Aksi Kepulangan Massal) ini digelar setiap hari Jumat dan Senin sejak 30 Maret 2018 hingga kini.

Puluhan ribu warga Palestina yang tidak bersenjata mengadakan aksi protes dengan berkumpul di perbatasan Gaza untuk menerobos pagar pembatas.

Mereka menuntut otoritas pendudukan Israel agar memulangkan pengungsi Palestina ke tanah air serta mengakhiri blokade di Gaza yang sudah berlangsung selama 12 tahun.

Baca Juga: Laba Perusahaan Senjata Israel Melonjak di Masa Perang Gaza dan Lebanon

Hingga saat ini, lanjut AbuMhadi, sebanyak 280 lebih warga Gaza meregang nyawa, termasuk petugas medis, jurnalis dan anak-anak. Sementara warga yang terluka mencapai lebih dari 26.000 jiwa.

Dia mengatakan, fihak Kemenkes Palestina di Gaza sangat berterima kasih kepada rakyat Indonesia khususnya kaum muslimin yang selama ini senantiasa memberikan dukungan bagi rakyat Palestina baik dalam bentuk moril maupun materil.

Presidium MER-C, dr. Arief Rahman menyerukan masyarakat Indonesia untuk peduli pada situasi di Gaza terutama kebutuhan-kebutuhan yang sifatnya mendesak di bidang kesehatan.

“Permasalahan (Gaza) ini dapat dibagi ke semua masyarakat Indonesia yang peduli sama Palestina mungkin akan jauh lebih ringan dan tentunya akan memberikan daya dorong yang lebih kuat, itu yang paling penting,” ujarnya kepada MINA.

Baca Juga: Jumlah Syahid di Jalur Gaza Capai 44.056 Jiwa, 104.268 Luka

Sementara, RS Indonesia di Gaza sudah berdiri dua lantai dan beroperasi hampir enam tahun. Namun kondisi RS Indonesia sangat diperlukan penambahan ruang perawatan.

RS Indonesia di Gaza sendiri mulai dibangun sejak 2010 lalu dan diresmikan tahun 2015 oleh Wakil Presiden Jusuf Kalla. Saat ini, RS Indonesia yang diinisiasi oleh lembaga MER-C dan dibangun bekerjasama dengan Pondok Pesantren Al-Fatah Indonesia ini memiliki dua lantai berisi sekitar 100 tempat tidur pasien.

Jalur Gaza adalah wilayah yang terisolasi akibat blokade yang telah berlangsung selama lebih dari 12 tahun.

Wilayah dengan luas 365 km persegi tersebut, Gaza hancur lebur akibat tiga perang besar tahun 2008, 2012, 2014 dan perang 48 jam November 2018 lalu. Akibatnya seluruh sektor kehidupan Gaza lumpuh total akibat krisis listrik, air serta penutupan jalur perbatasan.(L/Haf/R01)

Baca Juga: Hamas Sambut Baik Surat Perintah Penangkapan ICC untuk Netanyahu dan Gallant

Mi’raj News Agency (MINA)

Rekomendasi untuk Anda