Image for large screens Image for small screens

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Damai di Palestina = Damai di Dunia

ADVERTISEMENT

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

SALAM TV BANGKITKAN SYIAR ISLAM DI UGANDA

Rana Setiawan - Selasa, 25 Agustus 2015 - 16:18 WIB

Selasa, 25 Agustus 2015 - 16:18 WIB

745 Views

Haji Abdul Karim Karisa (kiri) Salam TV dan Shaban Menya (kanan).(Foto: OnIslam)
Haji Abdul Karim Karisa (kiri)  Salam <a href=

TV dan Shaban Menya (kanan).(Foto: OnIslam)" width="300" height="200" /> Direktur Salam TV, Haji Abdul Karim Karisa (kiri) dan Kepala Program Dakwah Salam TV, Shaban Menya (kanan).(Foto: OnIslam)

Muslim di Uganda telah meluncurkan saluran televisi Islam di negara itu untuk pertama kalinya, dengan harapan memicu kebangkitan iman mereka setelah bertahun-tahun suara Muslim dibungkam di media mainstream di sana.

“Pendengar kami menuntut pendirian sebuah stasiun televisi mereka yang (dapat) berhubungan dengan keyakinan mereka, serta bagaimana ide yang dipahami itu terwujud,” kata Haji Karim Karisa, Direktur Salam TV, sebagaimana Islam Story melaporkan.

Meskipun memiliki beberapa stasiun radio Islam di negeri itu, permintaan pendirian saluran TV Islam telah meningkat selama bertahun-tahun.

“Kami mendekati para pemilik televisi, yang bersimpati dengan program Islam, tetapi mereka hanya akan mengalokasikan maksimum lima belas atau tiga puluh menit,” tambah Karisa.

Baca Juga: Pengungsi Sudan Menemukan Kekayaan Di Tanah Emas Mesir

Mimpi datang lebih dekat menjadi kenyataan ketika salah satu dari tiga saluran televisi lokal sepakat untuk memberikan Muslim slot waktu tambahan selama bulan Ramadhan 2014.

“Kami memiliki satu jam per pekan dan meningkat menjadi lima jam per hari, pada malam hari secara inklusif pukul 02:00-06:00 waktu setempat,” ujarnya.

Kesepakatan yang dicapai selama bulan Ramadhan merupakan terobosan dalam upaya untuk memulai peluncuran Salam TV, saat akan kembali kepada liberalisasi industri media Uganda sejak tahun 1993.

Pada saat ini Karisa bekerja sebagai administrator dengan Persatuan Negara-Negara Muslim (UMC) untuk Afrika Timur, Tengah dan Selatan.

Baca Juga: Terowongan Silaturahim Istiqlal, Simbol Harmoni Indonesia

UMC mendukung berdirinya lima stasiun radio Islam di negara itu.

“Agenda utama kami adalah untuk mengembangkan komunitas Muslim serta memastikan mereka memiliki pengetahuan dan informasi yang cukup untuk memungkinkan mereka hidup bahagia di bawah naungan Islam,” katanya.

Impian tersebut datang dengan berbuah hasil pada 10 Juni 2015, sebelum bulan Ramadhan, saat umat Islam di Uganda disuguhi dengan kabar pertama kalinya program televisi bernuansa Islam diluncurkan di negeri itu.

Salam TV secara resmi diluncurkan di Hotel Africana KampalaRabu malam, 10 Juni 2015, dihadiri para pemimpin Muslim terkemuka dan para regulator media di Uganda.

Baca Juga: Bukit Grappela Puncak Eksotis di Selatan Aceh

Salam TV yang memberikan layanan kualitas dan informasi mengenai ajaran Islam ditayangkan selama 24 jam pada channel 118 di StarTimes, penyedia layanan televisi berbayar.

Haji Karisa yang juga pemilik televisi NBS menekankan melalui pemrograman Salam TV, mereka memastikan program-program mereka bermanfaat bagi seluruh kalangan masyarakat.

“Umpan balik yang kami telah terima sejauh ini adalah bahwa Salam TV adalah satu-satunya (stasiun) televisi yang dapat ditonton oleh anak-anak mereka tanpa merasa malu,” tambahnya.

Sementara itu, Mufti Uganda Sheikh Shaban Ramadhan Mubaje telah mendesak semua umat Islam di Uganda untuk menonton dan mendukung Salam TV.

Baca Juga: Masjid Harun Keuchik Leumik: Permata Spiritual di Banda Aceh

Mufti memuji Haji Karisa atas inisiatif pendirian TV Islam di Uganda dan menyatakan peluncuran Salam TV sebagai hadiah khusus Ramadhan bagi Muslim di Uganda.

Dia menjanjikan dukungan penuh Dewan Tertinggi Muslim Uganda (UMSC) kepada Salaam TV dan berdoa atas keberhasilannya terutama dalam menyebarkan Islam dan mempromosikan persatuan serta pembangunan di kalangan umat Islam di Uganda.

Haji Kariisa pun memberikan waktu penuh khusus Mufti di Salaam TV dalam perkembangan UMSC.

Saat ini Uganda memiliki populasi Muslim sekitar 30 persen dari populasi keseluruhan. Itu artinya, populasi Muslim mencapai 10 juta orang.

Baca Juga: Temukan Keindahan Tersembunyi di Nagan Raya: Sungai Alue Gantung

Sekolah Al-Qur’an

Setelah peluncuran saluran TV Islam, Karisa memimpin sebuah kampanye untuk merenovasi sekolah Al-Quran tertua di negara itu, yang dikenal sebagai Lukalu, yang didirikan di Kabupaten Butambala di Uganda Tengah.

“Nabi Muhammad (Shallallahu Alaihi Wassallam) menerima pesan pertama tentang pendidikan, jadi kami ingin melihat bagaimana kami dapat mengembangkan masyarakat kami melalui pendidikan,” katanya kepada OnIslam.net

“Sekolah ini dalam bentuk buruk, kakek kami dengan sedikit pengetahuan yang mereka miliki, mendirikannya karena Islam itu peradaban asing pertama mereka dapatkan di awal 80-an.”

Baca Juga: Kisah Perjuangan Relawan Muhammad Abu Murad di Jenin di Tengah Kepungan Pasukan Israel

Sejak itu panitia kampanye itu telah mengumpulkan lebih dari 141.000 Dolar AS melalui penggalangan dana, dan saat ini sedang dilakukan konstruksi.

Saluran TV dan Sekolah Al-Qur’an didesak untuk mengembalikan citra yang benar tentang ajaran Islam di Uganda.

Islam diperkenalkan ke Uganda oleh orang-orang Arab kepada Raja Suuna II dari Buganda pada tahun 1884, yang dipengaruhi dengan penggunaan kata-kata seperti Kalaam (Pena), Kitab (buku), Swabun (sabun) dan Sukar (gula).

Kelompok muslim pertama yang datang adalah para pedagang dari Oman yang masuk melalui pantai timur Afrika.

Baca Juga: Pejuang Palestina Punya Cara Tersendiri Atasi Kamera Pengintai Israel

“Itu adalah bagaimana Lukalu dimulai dan sekolah Islami kemudian muncul,” kata Karisa.

Saat Uganda jatuh di bawah kekuasaan Inggris, Kristen ditawari sebuah kesempatan untuk tumbuh sebagai bagian dari kurikulum sekolah, sementara itu, Islam dipaksa untuk tetap berada dalam bayang-bayang.

“Orang kulit putih tidak membantu Muslim mengintegrasikan Islam dengan sistem pendidikan mereka dengan menetapkan dan mendorong kurikulum Kristen,” terang Karisa.

Pada tahun 1962, lanjut Kalissa, setelah kemerdekaan Uganda dari penjajahan Inggris, hanya ada dua lulusan Muslim.

Baca Juga: Catatan Perjalanan Dakwah ke Malaysia-Thailand, Ada Nuansa Keakraban Budaya Nusantara

“Banyak Muslim, termasuk mantan Presiden Yusuf Lule, dipaksa masuk agama Kristen untuk dapat belajar,” keluhnya.

Kebanyakan ulama Muslim dibiarkan tanpa pekerjaan, memaksa penutupan sekolah-sekolah Al-Qur’an dan mendukung menjamurnya sekolah sekuler.

Berseri-seri dengan bangga, Karisa mencatat, sekarang banyak didirikan sekolah Islam mengajari ajaran Islam di samping kurikulum Inggris.

Sukses

Baca Juga: Pengabdian Tanpa Batas: Guru Honorer di Ende Bertahan dengan Gaji Rp250 Ribu

Dengan kebangkitan TV dan sekolah Islam di Uganda, para pemimpin Muslim telah bekerja untuk membawa para ulama dari berbagai belahan dunia untuk mengabarkan ajaran Islam yang benar, sesuai dengan Al Qur’an dan ajaran Nabi Muhammad Shallallahu Alaihi Wassallam.

“Para penonton sangat menyambut karena semua yang kami lakukan berbicara tentang keindahan Islam,” ujar Shaban Utsman Menya, Kepala Program Dakwah Salam TV.

Menya, bagaimanapun, tahu bahwa hal ini tidak berarti bahwa stasiun televisi sekuler tidak akan terus berjuang meraih penonton Muslim.

“Kedatangan Salam TV jelas tidak akan pernah mengakhiri program setengah jam Muslim di stasiun televisi sekuler, dan mereka tentunya masih memerlukan penonton Muslim,” katanya.

Baca Juga: RSIA Indonesia di Gaza, Mimpi Maemuna Center yang Perlahan Terwujud

“Namun kami tahu bahwa Salam TV memberikan kenyamanan lebih bagi penduduk Muslim dan mengetahui bahwa saluran Islam itu ada, meskipun mereka masih dapat menonton saluran sekuler,” tambahnya.

Kepercayaan menya tampaknya didasarkan pada pertumbuhan pemirsa Salam TV di Uganda, dari kalangan Muslim dan non-Muslim.

Seorang penonton Kristen, Damalie Nand, mengatakan dia jatuh cinta dengan Salam TV karena ada program tausyiah Mufti Zimbabwe, Ismail Musa Menk.

“Saya suka Slot (itu) karena selain dia banyak memberikan tausyiah tentang perdamaian, persatuan dan cinta, tetapi juga karena ia menggunakan bahasa Inggris dan menerjemahkan kata-kata Arab yang ia bacakan, jadi saya dapat lebih mengerti,” ujar Damalie.(R05/R02)

Mi’raj Islamic News Agency (MINA)

Rekomendasi untuk Anda

Palestina
MINA Health
Kolom
Kolom
Indonesia