Gaza, MINA – Pemadaman listrik yang berkepanjangan di Jalur Gaza telah mencairkan stok es krim, memaksa toko-toko untuk berhenti menjualnya di tengah permintaan konsumen yang meningkat, karena itu berbarengan dengan musim panas berbulan-bulan dimulai dari Juni.
“Suhunya mencapai 34 derajat Celcius (93 Fahrenheit),” Demikian MEMO, Senin (29/8).
Es krim adalah makanan populer dan relatif murah di Gaza, rumah bagi 2,3 juta orang yang terblokade di jalur pantai sempit antara Israel dan Mesir.
“Setengah dari es krim meleleh. Apa yang harus kita lakukan dengannya? Rugi, rugi,” kata pemilik supermarket, Fouad Awadallah.
Baca Juga: Hamas Tegaskan Perlawanan Terhadap Penjajahan dan Perlindungan Al-Aqsa Terus Berlanjut
Pemilik toko lain, Mohammad Abu Shaban, mengatakan, harus menggunakan generator mahal untuk mempertahankan bisnisnya.
“Saya tidak bisa mematikan genset bahkan untuk satu menit setelah listrik padam,” katanya.
Gaza biasanya membutuhkan sekitar 500 megawatt listrik per hari, hanya menerima 120 megawatt dari Israel, sementara pembangkit listrik tunggal daerah kantong itu memasok 60 megawatt lagi.
Kekurangan itu berarti warga hanya mendapat listrik sekitar 11 jam per hari dan itupun terputus-putus. (T/Hju/P1)
Baca Juga: [POPULER MINA] Israel Sembunyikan Bukti Kejahatan dan Gunakan Makanan Sebagai Senjata di Gaza
Mi’raj News Agency (MINA)