Gaza, 3 Syawal 1435/30 Juli 2014 (MINA) – Wakil Ketua Otoritas Energi di Gaza, Fathi Shaikh Khalil menyatakan satu-satunya pembangkit listrik di Jalur Gaza akan berhenti beroperasi setidaknya selama satu tahun akibat serangan Zionis Israel menargetkan tanki bahan bakar pembangkit listrik tersebut, Selasa (29/7) dini hari Waktu Gaza.
“Menurut seorang ahli, pembangkit listrik akan berhenti beroperasi selama satu tahun, karena terjadi kerusakan pada tanki bahan bakar,” ujar Shaikh Khalil mengutip pendapat seorang insinyur elektro Gaza.
Dia menjelaskan, artileri Zionis Israel menghantam tanki uap di dalam pembangkit, menyebabkan suspensi rusak hingga api menyambar ke tanki bahan bakar.
Shaikh Khalil menyerukan kepada dunia untuk campur tangan dan membantu mengatasi krisis listrik yang terus berlanjut di Jalur Gaza.
Baca Juga: Jumlah Syahid di Jalur Gaza Capai 44.056 Jiwa, 104.268 Luka
Tentara Zionis Israel menembakkan peluru artileri, Selasa (29/7) dini hari waktu Gaza. Salah satunya mendarat di dalam pembangkit listrik, menyebabkan kebakaran besar serta kerusakan pada tanki bahan bakar.
Koresponden Mi’raj Islamic News Agency (MINA) di Gaza melaporkan, memasuki pekan ketiga agresi militer Zionis Israel terhadap Jalur Gaza, serangan-serangan masih terus berlanjut salah satu efeknya menyebabkan pasokan listrik di Gaza menjadi sangat terbatas.
“Setidaknya setiap hari warga Gaza hanya menikmati listrik 4-6 jam, sedang sisanya tanpa listrik. Hal tersebut terjadi karena banyak terjadi kerusakan pada jalur-jalur pasokan listrik akibat serangan-serangan penjajah Zionis Israel,” kata Koresponden MINA Gaza.
Koresponden MINA mengungkapkan, terlebih dengan rusaknya pembangkit listrik satu-satunya yang ada di Gaza, hal itu menyebabkan Gaza akan berada dalam keadaan gelap gulita dalam serangan-serangan Zionis Israel.
Baca Juga: Hamas Sambut Baik Surat Perintah Penangkapan ICC untuk Netanyahu dan Gallant
Jalur Gaza membutuhkan setidaknya 360 megawatt listrik untuk memenuhi keperluan sektor sekitar 2 juta orang sedangkan yang tersedia saat ini hanya 200 megawatt.
Jalur Gaza menerima listrik dari tiga sumber, pertama dari Israel yang memasok 120 megawatt dan Mesir yang menyediakan pasokan listrik sejumlah 28 megawatt, sedangkan perusahaan listrik dalam negeri sendiri menghasilkan antara 40 sampai 60 megawatt.
Koresponden MINA berada bersama relawan Indonesia di Rumah Sakit Indonesia, Bayt Lahiya, utara Gaza, terpaksa memakai genset seperlunya saat listrik terputus. Sementara mereka harus membeli bensin sebagai bahan bakar genset itu.
“Saat listrik terputus, kami menggunakan genset seperlunya, sekitar dua sampai tiga jam. Stok bensin untuk bahan bakar genset sendiri kami peroleh dengan membelinya di pom bensin terdekat,” lapornya.
Baca Juga: Iran: Veto AS di DK PBB “Izin” bagi Israel Lanjutkan Pembantaian
Pasokan bahan bakar sendiri masih tersedia hingga kini meski Zionis Israel menutup total perlintasan komersial di perbatasan dengan Gaza.
Kondisi Jalur Gaza semakin memprihatinkan, blokade yang diperketat sejak 2007 lalu membuat penduduk Gaza hidup dengan keterbatasan, akibat blokade darat, laut apalagi udara.(L/K01/P02)
Mi’raj Islamic News Agency (MINA)
Baca Juga: IDF Akui Kekurangan Pasukan untuk Kendalikan Gaza