Bayt Lahiya, 12 Shafar 1435/15 Desember 2013 (MINA) – Meski kondisi cuaca ekstrim musim dingin melanda sekitar Jalur Gaza, Palestina, hingga turunnya hujan dan salju, tidak menyurutkan semangat relawan untuk terus melaksanakan pembangunan tahap akhir Rumah Sakit (RS) Indonesia di sana.
“Hujan yang mengguyur Jalur Gaza tidak menghentikan proses pembangunan RS Indonesia, mereka menghadapinya dengan semangat,” kontributor Kantor Berita Islam Mi’raj News Agency (MINA), Fikri di Jalur Gaza melaporkan, Sabtu (14/12) malam waktu setempat.
Fikri mengungkapkan, para relawan menyiasati rasa dingin suhu minus delapan derajat dengan memakai pakaian rangkap, jaket, dan pakaian khas musim dingin. “Di mana orang Gaza menyebutnya ‘Long Jhons‘,” tuturnya.
Tidak hanya itu, hujan turun selama tiga hari terakhir sempat menghambat aktivitas para relawan dalam membangun RS Indonesia. Para relawan hanya mampu mengerjakan pekerjaan bagian dalam, dengan mengganti keramik yang pecah akibat alat-alat berat atau sekedar membersihkan lantai.
Baca Juga: Al-Qassam Hancurkan Pengangkut Pasukan Israel di Jabalia
Sementara pengerjaan pemasangan paving block pada halaman RS Indonesia terhenti jika hujan turun.
“Hujan yang tak kunjung berhenti menjadi kendala kami, namun walau demikian kami melanjutkan pekerjaan ketika hujan reda,” kata Sumadi, relawan RS Indonesia asal Wonogiri.
Pekerjaan pembangunan RS Indonesia yang terletak di Bayt Lahiya, Gaza Utara Palestina itu dilakukan oleh relawan Indonesia di mana seluruh pekerjanya tidak dibayar (unpaid volunteers).
Lembaga kemanusiaan Medical Emergency Rescue Committee (MER-C) sebagai inisiator pembangunan RS Indonesia di Jalur Gaza, dalam pembangunannya bekerjasama dengan Ma’had Al-Fatah Indonesia telah mengirim 33 relawannya ke Jalur Gaza.
Baca Juga: Zionis Israel Serang Pelabuhan Al-Bayda dan Latakia, Suriah
Rumah Sakit Indonesia itu sendiri menjadi tempat untuk pemulihan trauma dan rehabilitasi bagi warga Palestina di Jalur Gaza yang menjadi korban penjajahan Israel atas tanah Palestina.
RS Indonesia di Jalur Gaza menjadi bukti silaturahim jangka panjang antara rakyat Indonesia dan rakyat Palestina di mana seluruh dananya berasal dari masyarakat Indonesia. Semua donasi berasal dari rakyat Indonesia yang sebagian besar kalangan menengah ke bawah, dari Sabang hingga Merauke.
Laporan yang diterima oleh MINA, setidaknya empat korban telah tewas akibat cuaca ekstrim di Jalur Gaza, dua di antaranya meninggal karena kedinginan, sementara yang lainnya meninggal akibat luka-luka setelah banjir yang tinggi melanda.
Musim dingin yang disertai banjir di sebagian wilayah Jalur Gaza semakin memperburuk kondisi krisis Gaza di tengah blokade yang dilakukan penjajah Israel terhadap warga Palestina di sana selama lebih dari tujuh tahun, terutama setelah penutupan seluruh terowongan di Rafah yang menjadi alternatif penyaluran kebutuhan pangan sekitar 1,8 juta jiwa di area tepi laut itu.
Baca Juga: Majelis Umum PBB akan Beri Suara untuk Gencatan Senjata ‘Tanpa Syarat’ di Gaza
Pada Sabtu (14/12) kemarin, Perdana Menteri Palestina, Ismail Haniyah mendesak masyarakat internasional untuk membantu warga Jalur Gaza yang terkena dampak bencana banjir yang sedang melanda wilayah yang diblokade Israel tersebut. (L/P08/P02)
Mi’raj News Agency (MINA)
Baca Juga: Sudah 66 Hari Israel Blokir Bantuan Kemanusiaan ke Gaza Utara