Pembangunan Tahap Kedua RS Indonesia Telan Biaya Rp 70 Miliar

Jakarta, MINA – Lembaga medis kegawatdaruratan Medical Emergency Rescue – Committee () tengah melakukan pembangunan tahap kedua Rumah Sakit (RS) Indonesia di Bayt Lahiya, Gaza Utara, .

Ketua Tim MER-C, Ir Faried Thalib kepada MINA di Jakarta, Jumat (14/2) mengatakan, pembangunan tambahan dua lantai yang telah mencapai 80 persen itu diperkirakan menghabiskan anggaran hingga Rp 70 miliar.

“Bangunannya sendiri sudah hampir 80 persen, sebentar lagi selesai. Namun secara simultannya harus ada alat-alatnya, ada isinya daripada rumah sakit itu sendiri. Estimasi dana yang dihabiskan di angka Rp 70 miliar,” katanya.

Faried mengatakan, jumlah ini lebih kecil dari yang pertama karena pada saat itu seluruh alat canggih telah dibeli, sementara sekarang alatnya standar. Lainnya yang cukup canggih adalah alat endoskopi dan melengkapi alat-alat ICCU saja.

Sementara itu, Tim Alat Kesehatan dr. Arief Rahman mengungkapkan, pada tahap kedua ini, MER-C menambahkan beberapa layanan seperti rawat inap. Layanan tersebut menjadi fokus atas permintaan Kementerian Kesehatan di Gaza, merespon kebutuhan kapasitas rumah sakit.

“Gaza Utara sendiri populasinya ada sekitar 600 ribu jiwa. Total dari keseluruhan di rumah sakit yang ada tersebar milik pemerintah maupun swasta itu jumlahnya masih di bawah 500,” kata Arief.

Dia menjelaskan, RS Indonesia sendiri setelah diresmikan 2014 lalu itu menampung sekitar 150 tempat tidur. Dengan layanan yang tersedia ini kemudian kebutuhan semakin meningkat, layanan yang diberikan adalah layanan yang prima bukan layanan standar.

“Kalau nanti selesai, kita perkirakan penambahan tempat tidur ini dari yang awalnya jumlahnya 150 itu akan bertambah menjadi 250. Jadi ada tambahan sekitar 100 kapasitas tempat tidur,” katanya.

“Dari sini kemudian Kementerian Kesehatan di Gaza meminta untuk ditambah lagi. Dari apa yang kita diskusikan Februari tahun lalu, penambahan dua lantai itu fokus akan menambah kapasitas tempat tidur,” ujarnya menambahkan.

Kemudian, dia melanjutkan, layanan yang juga akan diperluas adalah layanan IGD. Menurut dia, IGD adalah jantung RS Indonesia di Gaza. Banyak kejadian-kejadian, korban masuk ke IGD ditangani di IGD, kemudian dibawa ke operasi atau ke rawat inap atau pulang.

“Pada beberapa kondisi karena seluruh tempat tidur di IGD itu sudah penuh sehingga kemudian korban tidak bisa ditolong di RS Indonesia dan dioper ke rumah sakit lain. Dengan perluasan ruangan IGD kita harapkan akan memiliki tambahan kapasitas sekitar 15 sampai 20 tempat tidur,” ujarnya.

Arief mengungkapkan, layanan baru lain adalah endoskopi yaitu meneropong saluran cerna, karena angka peradangan saluran cerna di Gaza cukup tinggi, dan juga Intesive Coronary Care Unit (ICCU) untuk merawat pasien-pasien jantung yang memerlukan perawatan intensif.

Menurut dia, itu adalah sesuatu yang sifatnya kondisional dalam arti ketika kondisi di mana RS Indonesia di Gaza harus menjadi rumah sakit yang menangani trauma pada korban-korban akibat konflik, maka pintu masuknya melaluI emergency atau IGD.

“Jadi memang pada akhirnya layanan primer rumah sakit ini yang tadinya fokus ke penanganan trauma bergeser menjadi rumah sakit umum,” katanya. (L/R2/RS1)

Mi’raj News Agency (MINA)

Ikuti saluran WhatsApp Kantor Berita MINA untuk dapatkan berita terbaru seputar Palestina dan dunia Islam. Klik disini.