Image for large screens Image for small screens

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Damai di Palestina = Damai di Dunia

ADVERTISEMENT

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Pembicaraan Damai Suriah Dimulai Senin 14 Maret

Rudi Hendrik - Ahad, 13 Maret 2016 - 19:57 WIB

Ahad, 13 Maret 2016 - 19:57 WIB

428 Views

Presiden Suriah Bashar Al-Assad. (Foto: dok. Konfrontasi.com)
Presiden <a href=

Suriah Bashar Al-Assad. (Foto: dok. Konfrontasi.com)" width="700" height="467" /> Presiden Suriah Bashar Al-Assad. (Foto: dok. Konfrontasi.com)

Jenewa, 4 Jumadil Akhir 1437/13 Maret 2016 (MINA) – Sebuah babak baru pembicaraan damai Suriah akan dimulai Senin (14/3) yang akan melihat pemerintah dan oposisi Suriah terlibat untuk pertama kalinya dalam diskusi untuk masa depan negara itu.

Negosiasi di markas PBB di Jenewa itu merupakan bagian upaya internasional terbesar sampai saat ini, untuk mengakhiri konflik Suriah yang telah menewaskan lebih 270.000 orang.

Utusan khusus PBB untuk Suriah Staffan de Mistura mengumumkan bahwa pembicaraan akan dimulai pada 14 Maret, menjelang lima tahun konflik Suriah. Demikian Nahar Net memberitakan yang dikutip Mi’raj Islamic News Agency (MINA).

Namun, para pengamat mengatakan, kesenjangan yang besar antara pemerintah dengan oposisi akan menyulitkan penyelesaian damai.

Baca Juga: Warga Palestina Bebas setelah 42 Tahun Mendekam di Penjara Suriah

Hambatan utama adalah tentang Presiden Suriah Bashar Al-Assad.

Terakhir kali oposisi dan rezim berunding di Jenewa beberapa waktu lalu, bentrokan justeru meningkat di seluruh Suriah, terutama di provinsi utara Aleppo.

Tapi sejak 27 Februari, gencatan senjata yang ditengahi oleh Amerika Serikat dan Rusia cukup meredakan bentrokan, meskipun masih ada pelanggaran di setiap wilayah.

Penurunan kekerasan telah memungkinkan PBB untuk memberikan bantuan kemanusiaan ke sekitar 240.000 orang di 10 dari 18 daerah terkepung.

Baca Juga: Faksi-Faksi Palestina di Suriah Bentuk Badan Aksi Nasional Bersama

Menurut De Mistura, perundingan akan berlangsung selama dua minggu dan pertama akan membahas sebuah pemerintahan baru.

Oposisi utama Suriah, Komite Negosiasi Tinggi (HNC) yang berbasis di Riyadh, telah berulang kali menegaskan bahwa Assad tidak akan memiliki peran dalam Suriah masa depan.

Tapi Joshua Landis, Direktur Pusat Studi Timur Tengah di Universitas Oklahoma mengatakan, agenda itu “tidak realistis”.

Menurutnya, Assad lebih kuat dari sebelumnya, meskipun oposisi dan Barat menyerukan penghentiannya dari pemerintahan Suriah. (T/P001/P2)

Baca Juga: Agresi Cepat dan Besar Israel di Suriah Saat Assad Digulingkan

Mi’raj Islamic News Agency (MINA)

 

Baca Juga: KBRI Damaskus Evakuasi 37 WNI dari Suriah

Rekomendasi untuk Anda