Bogor, 17 Rajab 1435/16 Mei 2014 (MINA) – Pada awalnya gerakan bersenjata Boko Haram di Nigeria, tidak mengambil jalur kekerasan, karena semua kekerasan yang dilakukan oleh umat Islam sekarang ini “hanya reaksi”.
Hal ini disampaikan Pimpinan Sekolah Tinggi Suffah Al-Qur’an Abdullah bin Mas’ud (SQAM) online, Yakhsallah Mansur, Kamis (15/5), kepada Mi’raj Islamic News Agency (MINA) di Cileungsi Bogor, dalam menyikapi kasus penculikan Boko Haram terhadap ratusan gadis Nigeria.
“Seperti kekerasan di Irak, itu adalah reaksi akibat Amerika Serikat menyerang Irak. Demikian pula di Afghanistan. Sebenarnya dalam Islam ini tidak ada ajaran kekerasan,” kata Yakhsallah.
Menurut pembina jaringan Pondok Pesantren Al-Fatah di berbagai wilayah Indonesia ini, asalnya Boko Haram adalah gerakan damai, tapi kemudian pimpinannya ditangkap oleh pemerintah Nigeria lalu mati di kantor polisi.
Baca Juga: Afsel Jadi Negara Afrika Pertama Pimpin G20
“Kemungkinan disiksa di situ. Mereka memberikan reaksi, lalu di-blow up oleh Barat, sehingga yang tampak adalah kesalahan Boko Haram, padahal itu hanya reaksi,” ujar tokoh yang sering berhubungan dengan berbagai ulama Timur Tengah itu.
“Bisa jadi maksud Boko Haram adalah untuk menyelamatkan gadis-gadis itu dari ajaran Barat. Jadi sebetulnya ada dua istilah saja, apakah ‘diselamatkan atau penculikan’. Orang Barat menganggap ini penculikan, tapi Boko Haram menganggap ini penyelamatan.”
Ustadz pengasuh beberapa rubrik di radio-radio Islam ini menjabarkan dugaannya, bahwa Boko Haram mungkin berpikiran “dari pada gadis-gadis itu terkontaminasi oleh pemikiran Barat, maka saya ambil saja dan ajar sendiri. Kurang lebih seperti itu”.
”Di Indonesia juga ada aliran-aliran pemikiran seperti itu. Orang-orang pesantren dulunya juga mengharamkan segala hal yang berasal dari Barat,” kata Yakhsallah.
Baca Juga: Rwanda Kirim 19 Ton Bantuan Kemanusiaan ke Gaza
Lebih lanjut Yakhsallah yang memimpin Sekolah Tinggi SQAM di Ponpes Al-Fatah Lampung, mengatakan, umat Islam tidak bisa membenarkan atau menyalahkan tindakan mereka ini, karena dalam hal ini ada “penyesatan opini”. Umat Islam harus mencari dulu dari mana sebabnya.
“Jadi orang Barat menyalahkan 100 persen, kita belum tahu bagaimana yang sebenarnya. Kita harus kembali kepada perintah tabayyun (mengkonfirmasi kebenarannya kepada pihak terkait) baru kita bisa menilai,” katanya.
Masa Kebangkitan
Baca Juga: Korban Tewas Ledakan Truk Tangki di Nigeria Tambah Jadi 181 Jiwa
Yakhsallah Mansur menilai apa yang terjadi dengan Boko Haram di Nigeria adalah salah satu akibat masa kemunduran Islam.
Jika dilihat dari segi jarak peradaban, Islam dibagi menjadi empat masa. Pertama, Masa Perkembangan, di mana Islam berkembang ke seluruh penjuru dunia.
Kedua, Masa Kemajuan, seperti masa kemajuan yang pernah terjadi di Baghdad dan Cordova, sampai masa Turki Utsmani.
Ketiga, Masa Kemunduran, di mana umat Islam ditindas di mana-mana dan difitnah.
Baca Juga: Presiden Afsel Minta Dunia Tekan Israel Hentikan Serangan di Gaza
Keempat, Masa Kebangkitan, masa ini dimulai dari sekarang yang nanti akan mencapai masa kemajuan lagi.
Dan untuk kembali bangkit, pemikiran umat Islam terbagi menjadi tiga kelompok besar:
Pemikiran pertama, harus kembali murni kepada ajaran Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi Wasallam, yang kini diwakili oleh kaum salaf, yaitu Al-Quran. Jika ingin maju harus kembali kepada ajaran Al-Quran dan Sunnah tanpa ditambahi dan dikurangi sedikit pun.
Pemikiran kedua, harus mengambil pemikiran Barat 100 persen dari segi pakaian, adat istiadat dan sebagainya. Jika ingin maju, harus seperti orang Barat, karena di masa kemunduran ini yang maju adalah orang Barat. Ini diwakili oleh pemikiran-pemikiran Kemal Ataturk yang berhasil meruntuhkan Kekhalifan Turki.
Baca Juga: Uni Eropa untuk Pertama Kali Kirim Vaksin Mpox ke Kongo
Pemikiran ketiga adalah tengah-tengah, boleh mengambil dari Barat tapi yang baiknya saja, yang tidak baik ditinggalkan.
“Boko Haram tampaknya mengambil pemikiran yang pertama, harus kembali murni kepada ajaran Islam. Mereka melakukan jangan sampai umat Islam ikut westernisasi, ikut Barat. Maka, bagi mereka, segala sesuatu yang berasal dari Barat adalah haram,” tambah Yakhsallah. (L/P09/IR).
Mi’raj Islamic News Agency (MINA).
Baca Juga: Permainan Angklung Meriahkan Resepsi Diplomatik HUT RI ke-79 di KBRI Nairobi