Selama lebih dari setahun sejak Oktober 2023, para petinggi Zionis Israel, dengan bantuan Amerika Serikat dan sekutunya, selalu gagal menemukan titik lokasi Kepala Biro Politik Gerakan Perlawanan Islam (Harakah Al-Muqawwamah Al-Islamiyyah/Hamas), Yahya Al-Sinwar.
Sejak Pertempuran Pedang Al-Quds pada tahun 2021, Yahya Sinwar telah menjadi target utama pasukan Zionis Israel.
Meskipun telah dibentuk tim khusus untuk melacaknya dan penggunaan peralatan teknologi tercanggih dengan bantuan Amerika Serikat, pendudukan Zionis tetap gagal menemukan Al-Sinwar.
Pengejaran panjang itu berakhir dengan konfrontasi acak di Tal al-Sultan, Rafah, Gaza bagian selatan, beberapa pekan setelah tentara Zionis mengumumkan akan menghabisi Brigade Al-Qassam.
Baca Juga: Tertib dan Terpimpin
Petinggi militer Zionis mengakui, melalui juru bicaranya, Daniel Hagari, bahwa pembunuhan Yahya Sinwar, adalah suatu kebetulan.
Dia mengidentifikasi Sinwar sebagai pria bersenjata di dalam salah satu bangunan, dan terlihat bertopeng. Dia melemparkan papan kayu ke drone beberapa detik sebelum dia dibunuh.
CNN mengutip sumber-sumber Amerika Serikat yang mengatakan bahwa rumah tempat Al-Sinwar berada berjarak sekitar 1.000 kaki (300 meter) dari pangkalan operasi Israel.
Citra satelit dari Planet Labs yang diambil awal bulan Oktober menunjukkan sejumlah kendaraan militer, dan sebuah buldoser, diparkir di antara tanggul tanah yang baru dibangun di tempat yang sama selama beberapa hari dan pekan terakhir.
Baca Juga: [Hadits Arbain ke-7] Agama itu Nasihat
Sementara itu, surat kabar New York Times mengutip empat pejabat Israel yang mengatakan bahwa, selama lebih dari setahun, lembaga keamanan Israel, dengan dukungan AS, mengalokasikan sumber daya yang sangat besar dan mengumpulkan banyak informasi intelijen dalam mengejar Yahya Al-Sinwar, sang arsitek serangan 7 Oktober 2023.
Namun pada akhirnya, pasukan pelatihan tentara Israel secara tak terduga menemukannya saat melakukan operasi di Gaza selatan.
Para pejabat Israel mengatakan unit tersebut sedang berpatroli di Jalur Gaza selatan pada hari Rabu (16/10), ketika tentara menghadapi sekelompok kecil pejuang dan menyerang mereka dengan dukungan drone.
Dalam baku tembak, ketiga militan Palestina tersebut tewas, setelah sebuah peluru artileri ditembakkan ke gedung tempat para pejuang itu berlindung.
Baca Juga: Ada Apa dengan Terpilihnya Trump?
Kemudian, selama pemeriksaan, para tentara melihat bahwa salah satu korban terbunuh tersebut sangat mirip dengan pemimpin Hamas, Yahya Al-Sinwar.
Surat kabar Yedioth Ahronoth mengindikasikan bahwa meskipun pembentukan tim khusus untuk membunuh pemimpin gerakan Hamas itu pada tahun 2021, namun prosedur tersebut tidak dapat dilaksanakan.
Tentara Ketakutan
Pada Mei 2022, mantan Perdana Menteri Israel Naftali Bennett mengangkat rencana pembunuhannya. Namun tentara menyatakan ketakutannya bahwa langkah ini dapat menimbulkan konsekuensi yang serius.
Baca Juga: Pentingnya Memahami Fiqih Jual Beli dalam Berdagang
Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu pernah menyebutkan pada 6 Desember 2023, selama invasi Khan Yunis, tentara telah mencapai rumah Al-Sinwar yang dikepung, tetapi tidak tercapai.
Dalam artikel yang diterbitkan New York Times pada Agustus lalu, untuk pertama kalinya terungkap dari sumber-sumber AS, termasuk pernyataan Penasihat Keamanan Nasional Gedung Putih Jake Sullivan, bahwa Amerika Serikat menjalankan tim khusus untuk membantu Israel mencapai Al-Sinwar.
Bantuan Amerika, menurut apa yang diungkap surat kabar Amerika, meliputi peralatan canggih yang dibawa tim Amerika, termasuk radar yang gelombangnya menembus tanah, untuk membantu mengejarnya.
Surat kabar tersebut mengutip para pejabat AS dan Israel yang mengatakan bahwa tentara Israel melakukan penggerebekan pada tanggal 31 Januari di sebuah terowongan di Khan Yunis, selatan Jalur Gaza, setelah menerima informasi intelijen yang menunjukkan bahwa Sinwar hadir di dalamnya. Namun lagi-lagi gagal.
Baca Juga: Selesaikan Masalahmu dengan Sabar dan Shalat
Atas kegagalan ini, pasukan Israel meninggalkan wilayah tersebut.
Pejabat Amerika dan Israel mengindikasikan bahwa Al-Sinwar telah lama meninggalkan komunikasi elektronik, yang membuatnya terhindar dari jaringan intelijen canggih.
Surat kabar Amerika juga melaporkan bahwa unit intelijen Israel “Aman” dan “Shin Bet” membentuk unit khusus setelah tanggal 7 Oktober 2023, di markas Shin Bet, yang misi utamanya adalah menemukan lokasi Sinwar.
Badan-badan intelijen AS juga memikul tanggung jawab untuk memantau komunikasinya, dan CIA membentuk pasukan khusus untuk ini, sementara Pentagon mengirim pasukan khusus ke Israel untuk memberi nasihat kepada tentara Israel.
Baca Juga: Dentuman Perang Memisahkan Sepasang Calon Pengantin
Detail yang menarik adalah bahwa penyelidikan mengungkapkan bahwa menguping pembicaraan Sinwar adalah alasan di balik permintaan Menteri Pertahanan Yoav Galant pada tahap awal perang untuk membawa pengiriman bahan bakar ke Jalur Gaza.
Ketika cadangan bahan bakar di sektor tersebut mulai habis pada saat itu, Gallant mendorong untuk mengizinkan masuknya jumlah tersebut sehingga generator yang diperlukan untuk mengoperasikan jaringan seluler di terowongan dapat terus bekerja. Tujuannya untuk mencapai Al-Sanwar dengan menggunakan telepon.
Jaringan terowongan memungkinkan pejuang Hamas mengumpulkan informasi intelijen yang baik tentang lokasi pasukan Israel di Jalur Gaza. Sampai-sampai Sinwar pun dapat leluasa turun ke dalam terowongan beberapa kali tanpa ketahuan.
Di antara perkiraan Amerika dan Israel, yang dibangun selama satu tahun penuh, adalah bahwa Al-Sinwar pindah ke Khan Yunis dari Kota Gaza, dan melakukan perjalanan di Rafah melalui jaringan terowongan.
Baca Juga: Bela Masjid Al-Aqsa Sepanjang Masa
Pengejaran terhadap Sinwar terus berlanjut, dan intelijen Israel dan Amerika tidak dapat memperoleh bukti nyata mengenai lokasinya.
The New York Times menulis, “Sinwar mampu menjaga para pengejarnya satu langkah di belakangnya, bahkan ketika mereka terkadang mengatakan tentang seberapa dekat mereka untuk menemukannya.”
Pada akhir Desember lalu, selama operasi tentara Israel di Khan Yunis, Galant mengatakan, “Al-Sinwar sekarang mendengar bom Angkatan Udara. Dia akan segera menemui laras senapan kami.”
Pada bulan September 2024, setelah serangan udara oleh tentara pendudukan, rumor mulai beredar bahwa kontak dengan pemimpin gerakan Hamas telah terputus, yang mengarah pada penilaian Israel apakah dia telah terbunuh, namun dikabarkan masih hidup setelah kontak.
Baca Juga: Cinta Dunia dan Takut Mati
Hingga akhirnya, Al-Sinwar gugur dalam serangan di wilayah Rafah, Gaza bagian selatan, Rabu (16/10/2024) waktu Gaza.
Al-Sinwar gugur secara terhormat sebagai pejuang sampai akhir hayat. Persis seperti yang pernah dia katakan semasa hidupnya, “Berjuang mati, tidak berjuang pun mati. Maka persiapkanlah matimu dalam keadaan berjuang.” []
Mi’raj News Agency (MINA)
Baca Juga: Menjaga Akidah di Era Digital