Xinjiang, China, 18 Rabi’ul Akhir 1437/28 Januari 2016 (MINA) – Pihak berwenang China telah menutup dua situs yang ditujukan untuk etnik Uighur, yaitu komunitas muslim yang mendiami Provinsi Xinjiang, wilayah China paling barat.
Selain itu, pemerintah juga menginvestigasi pihak manajemen yang membawahkan situs-situs tersebut.
Otoritas internet wilayah Xinjiang beralasan penutupan situs-situs itu karena ‘membahayakan kesatuan etnik’. Demikian laporan Radio Free Asia melaporkan, Rabu (27/1) waktu setempat, yang dikutip Mi’raj Islamic News Agency (MINA).
Investigasi ini mencuat setelah dua situs tersebut, www.653130.com dan www.muzikam.com, dilaporkan ke kantor cabang Pusat Informasi Internet Nasional (CNIIC), menurut laporan situs pemerintah Tianshanwang.
Baca Juga: Hongaria Cemooh Putusan ICC, Undang Netanyahu Berkunjung
“Dua situs … ditemukan memiliki konten ilegal yang merugikan kesatuan etnik, dengan efek yang sangat berbahaya pada masyarakat,” kata laporan itu.
Sekitar waktu yang bersamaan, pihak berwenang menutup akun laporan lalu lintas pada aplikasi WeChat setelah membeberkan informasi utama tentang kecelakaan lalu lintas di selatan Urumqi, ibu kota Provinsi Xinjiang.
Laporan yang semula mengungkap sejumlah orang mengalami cedera dan meninggal dalam kecelakaan itu kemudian diubah menjadi sekawanan ternak.
Para aktivis mengatakan pemerintah di Beijing sangat sensitif terhadap tanda-tanda ketegangan etnik menyusul serangkaian insiden kekerasan di Xinjiang yang menewaskan ratusan orang dalam beberapa tahun terakhir.
“Saya rasa otoritas sangat gugup. Mereka memantau dan mengendalikan internet dan aplikasi chatting begitu ketat sekarang,” ujar aktivis yang menyuarakan kebebasan berpendapat yang berbasis di Anhui, Shen Liangquin.
Baca Juga: Pusat Budaya dan Komunitas Indonesia Diresmikan di Turki
“Tentunya tidak ada alasan yang tepat sampai harus menutup akun WeChat segala,” tegas dia, sembari menambahkan, “Semuanya dipandang sensitif (oleh pemerintah).”
Sependapat dengan Shen, warga Xinjiang bernama Fang mengatakan, “Pihak berwenang berusaha menjaga stabilitas dan mereka amat gelisah. Mereka (otoritas) hanya menakut-nakuti diri mereka sendiri.”
Komunitas muslim Uighur di Xinjiang telah lama mengalami perlakukan diskriminatif. Sejumlah laporan menujukkan pemerintah Komunis yang berkuasa di Beijing melarang mereka melaksanakan puasa di bulan Ramadhan dan menjalankan praktik ibadah lainnya.
Sejumlah kalangan menilai justru perlakukan diskriminatif pemerintah itu pula yang membuat wilayah Xinjiang bergolak. Xinjiang memiliki banyak kelompok etnik, yang terbesar adalah Uighur dan China Han. (P022/P2)
Baca Juga: DPR AS Keluarkan RUU yang Mengancam Organisasi Pro-Palestina
Mi’raj Islamic News Agency (MINA)