Ankara, 28 Jumadil Akhir 1436/17 April 2015 (MINA) – Partai berkuasa Turki dan dua partai oposisi utama mengeluarkan pernyataan bersama yang mengutuk resolusi Parlemen Eropa baru-baru ini tentang peristiwa 1915 yang dilabeli “genosida” terhadap bangsa Armenia.
Pernyataan ini dirilis Kamis malam (16/4) atas nama Ketua Parlemen Turki, di mana yang berkuasa adalah Partai Pembangunan dan Keadilan (AKP), bersama partai oposisi, Partai Republik Rakyat (CHP) dan Partai Gerakan Nasionalis (MHP).
“Kami menganggap resolusi Parlemen Eropa sangat disayangkan dan disesalkan, kami sangat mengutuk pendekatan parsial ini,” kata pernyataan itu, Anadolu Agency yang dikutip Mi’raj Islamic News Agency (MINA).
“Resolusi ini tidak pantas, tidak sensitif terhadap semua penderitaan orang di Anatolia selama Perang Dunia I,” katanya.
Baca Juga: ICC Keluarkan Surat Perintah Penangkapan Netanyahu dan Gallant
Sebelumnya, Menteri Uni Eropa Turki, Volkan Bozkir telah mengecam pernyataan Parlemen Eropa yang melabeli peristiwa 1915 yang menimpa bangsa Armenia sebagai “genosida”.
Pemerintah Turki telah mengakui peristiwa 1915 adalah tragedi besar, pihak Turki dan Armenia telah menderita korban yang banyak
Peristiwa 1915 terjadi selama Perang Dunia I ketika sebagian penduduk Armenia yang tinggal di Kekaisaran Ottoman berpihak pada Rusia, menyerang dan memberontak terhadap Kekaisaran.
Kekaisaran Ottoman memindahkan warga Armenia di Anatolia timur menyusul terjadinya pemberontakan dan ada korban di pihak Armenia selama proses relokasi.
Baca Juga: Turkiye Tolak Wilayah Udaranya Dilalui Pesawat Presiden Israel
Etnis Armenia telah menuntut permintaan maaf dan kompensasi, sementara Turki secara resmi telah membantah tuduhan Armenia atas insiden itu, meskipun banyak etnis Armenia tewas.
Namun, banyak orang Turki yang juga tewas dalam serangan kelompok-kelompok Armenia di Anatolia.
Pemerintah Turki telah berulang kali meminta sejarawan untuk mempelajari arsip Ottoman yang berkaitan dengan era itu untuk mengungkap apa yang sebenarnya terjadi antara pemerintah Ottoman dan warga Armenia. (T/P001/R11)
Mi’raj Islamic News Agency (MINA)
Baca Juga: Setelah 40 Tahun Dipenjara Prancis, Revolusioner Lebanon Akan Bebas