- Jakarta, MINA – Pemerintah Indonesia membuka diri untuk menerima bantuan dari luar negeri untuk korban musibah gempa bumi dan tsunami yang melanda sebagian besar wilayah Sulawesi Tengah (Sulteng). Namun, dibatasi hanya enam jenis.
Kepala Pusat Data, Informasi dan Humas BNPB Sutopo Purwo Nugroho mengatakan, pemerintah sifatnya membuka bantuan dari luar negeri, bukan meminta bantuan. Sebab potensi nasional masih mencukupi untuk menangani korban.
“Kita terbuka dengan bantuan dari luar negeri. Jadi bukan meminta ya. Ini beda loh,” kata Sutopo saat diskusi media bertema “Bersatu untuk Sulteng” di Kemekominfo, Jalan Merdeka Barat, Jakarta, Selasa (2/10).
Sutopo merinci, enam jenis bantuan yang bisa masuk untuk disalurkan kepada korban gempa, yaitu transportasi udara berupa pesawat Hercules C-130, tenda darurat, rumah sakit lapangan, pengasapan, generator, dan pengolahan air bersih.
“Selain di luar enam itu, tidak bisa masuk. Selain itu, semua bantuannya juga harus disampaikan tertulis. Sebisa mungkin self supporting dan tidak membebani pemerintah. Jadi kita tetap hati-hati dalam menerima bantuan dan tetap ada prosesnya,” katanya.
Baca Juga: BRIN Kukuhkan Empat Profesor Riset Baru
Sutopo menjelaskan bahwa bantuan yang datang dari luar negeri tersebut dikoordinasikan oleh Kementerian Luar Negeri (Kemenlu) dan BNPB dengan prioritas utama transportasi udara.
“Tidak semua bantuan asing bisa masuk hanya enam bantuan yang prioritas. Tapi memang pesawat itu sangat dibutuhkan untuk membawa logistik dalam jumlah besar di tengah kondisi bandara di Palu yang juga terdampak gempa,” katanya.
Sejauh ini, kata Sutopo, sudah ada 26 negara yang menawarkan diri siap memberikan bantuan untuk korban gempa. Selain itu, juga ada 2 lembaga kemanusiaan internasional yang siap berpartisipasi meringankan beban korban. (L/R06/RS1)
Mi’raj News Agency (MINA)
Baca Juga: Jateng Raih Dua Penghargaan Nasional, Bukti Komitmen di Bidang Kesehatan dan Keamanan Pangan