Pemerintah Inggris Setuju Larangan Cadar Menutup Seluruh Wajah di Sekolah

(Foto : dok. Naharnet)
(Foto : dok. Naharnet)

London, 10 Rabi’ul Akhir 1437/20 Januari 2016 – Pemerintah mendukung sekolah-sekolah yang ingin melarang para siswi mengenakan cadar yang menutupi seluruh wajah, Selasa (20/01), dalam upaya pemerintah melawan daya tarik kelompok-kelompok seperti ISIS.

Sehari setelah Perdana Menteri David Cameron mengingatkan perempuan agar belajar bahasa Inggris atau mereka akan dideportasi, menteri pendidikan meluncurkan laman web untuk membantu orang tua yang khawatir anak mereka kemungkinan terpengaruh faham radikal, demikian laporan Naharnet yang dikutip Mi’raj Islamic News Agency (MINA).

Berbicara di sebuah sekolah di London timur, tempat tiga perempuan pindah dari Suriah tahun lalu, Menteri Pendidikan Nicky Morgan menyatakan laman tersebut menargetkan “musuh … menempatkan racun dalam pikiran dan kebencian dalam hati orang-orang muda kami yang paling rentan.”

Laman “Mendidik Melawan Situs Benci” mengatakan tanda-tanda bagi orang tua untuk bersikap waspada mencakup anak-anak menghabiskan terlalu banyak waktu online dan “ingin menutup debat atau mengejar jalan pemisahan.”

Langkah itu muncul di tengah meningkatnya kecemasan mengenai banyaknya orang terbang dari Inggris ke Suriah untuk bergabung dengan kelompok-kelompok jihad seperti IS. Sekitar 800 warga Inggris pergi ke negara yang tercabik-cabik perang itu sejak 2012, dengan separuh dari mereka diperkirakan masih berada di Suriah.

Inggris berhasil menahan 600 orang lagi yang akan ke Suriah.

Menjelang peluncuran situs web tersebut, Cameron memicu perdebatan baru mengenai apakah wanita Muslim sebaiknya diperkenanka mengenakan cadar yang menutup seluruh wajah di sekolah.

Inggris saat ini tidak memiliki UU tentang , tak seperti negara-negara eropa lainnya seperti Prancis yang mengijinkan sekolah melarang cadar.

Cameron mengatakan bahwa dia akan selalu mendukung otoritas dan lembaga seperti pengadilan dan penjaga perbatasan yang meminta untuk melihat wajah seorang wanita bercadar. Namun, hal itu justru menuai kritik dari beberapa kelompok Muslim.

Mohammed Shafiq, kepala eksekutif dari Ramadhan Foundation mengatakan kepada AFP bahwa masalah jilbab dan website adalah dua masalah yang berbeda dan tidak konstruktif.

“Kami setuju kita mendapat masalah dengan ekstremisme, dengan radikalisasi dan orang-orang yang bergabung dengan ISIL dan itu bukan masalah kecil dan harus kita hadapi,” ujarnya. (T/mar/r07)

Mi’raj Islamic News Agency (MINA)

 

 

 

 

Ikuti saluran WhatsApp Kantor Berita MINA untuk dapatkan berita terbaru seputar Palestina dan dunia Islam. Klik disini.