Nairobi, 10 Safar 1435/13 Desember 2013 (MINA) – Pemerintah Republik Demokratik Kongo (DRC) dan gerakan gerilyawan M23 telah menandatangani perjanjian damai di ibukota Kenya, Nairobi. Kesepakatan itu diumumkan melalui pernyataan resmi, Kamis.
Gerakan M23 adalah inkarnasi terbaru dari pejuang etnis Tutsi yang memerangi pemerintah DRC di wilayah timur yang kaya mineral selama lebih dua dekade.
Juru bicara pemerintah Lambert Mende mengatakan, tiga dokumen yang ditandatangani di Gedung Negara di Nairobi dan termasuk ketentuan mereka tentang pengulangan pembubaran M23 sebagai sebuah kelompok bersenjata, menurut sumber Al-Jazeera yang dikutip Mi’raj News Agency (MINA).
Dilaporkan, ketentuan-ketentuan lainnya termasuk rincian demobilisasi dan penolakan kekerasan sebagai sarana untuk mengejar klaim masa depan.
Baca Juga: Wabah Kolera Landa Sudan Selatan, 60 Orang Tewas
“Dokumen ini sangat jelas, tidak ada selimut amnesti bagi mereka yang diduga melakukan tindak pidana dalam hukum internasional. Kejahatan perang atau kejahatan terhadap kemanusiaan tidak akan dimasukkan kembali ke dalam masyarakat,” laporan menyebutkan.
Gerakan M23, pejuang Tutsi yang berperang melawan pemerintah di timur negara itu, setuju untuk perundingan perdamaian dengan pemerintah pada Oktober, setelah menderita sejumlah kekalahan melawan pasukan pemerintah dari pasukan DRC yang didukung pasukan PBB.
M23 yang pernah menjadi bagian dari tentara negara itu, memberontak pada tahun 2012, menuduh pemerintah tidak menghormati kesepakatan damai 2009.
Pasukan penjaga perdamaian PBB terbesar di dunia telah dikerahkan di DRC, membantu melawan gerilyawan M23.
Baca Juga: Erdogan Umumkan ‘Rekonsiliasi Bersejarah’ antara Somalia dan Ethiopia
DRC dan PBB menuduh Rwanda dan Uganda mendukung pasukan M23, tetapi berulang kali tudingan itu dibantah. (T/P09/R2).
Mi’raj News Agency (MINA).
Baca Juga: Afsel Jadi Negara Afrika Pertama Pimpin G20