WAWANCARA EKSKLUSIF TIM WARTAWAN MINA DI GAZA : MESIR BUKA LAGI PERBATASAN RAFAH

Maher Abu Shebhah, Kepala Perbatasan Rafah. foto : mirajnews.com
Maher Abu Shebhah, Kepala Perbatasan Rafah.
foto : mirajnews.com

Setelah 26 hari penutupan pintu perlintasan Rafah akhirnya Pemerintah Mesir bersedia membuka kembali pintu perbatasan tersebut selama tiga hari sejak Selasa (20/1) – Kamis (22/1). Harapan kembali muncul bagi 1,8 juta warga Palestina di untuk menemukan sedikit jalan keluar dari berbagai krisis yang melanda wilayah terblokade tersebut.

Demikian banyak  yang menggantungkan harapan pada terbukanya pintu perbatasan Mesir – Gaza ini. Ribuan pasien korban agresi militer Israel, mahasiswa yang ingin melanjutkan pendidikannya di dunia luar, dan banyak lagi kondisi kemanusiaan yang menggantungkan harapannya di pintu Rafah ini.Di samping itu ada ribuan warga Gaza terlantar di wilayah Mesir, yang ingin kembali ke rumahnya.

Dan pertanyaannya, apakah dengan dibukanya pintu Rafah selama hanya tiga hari ini bisa memberikan solusi yang cukup berarti untuk berbagai krisis kemanusiaan di Gaza?

Di hari ketiga dan terakhir pembukaan pintu perbatasan Rafah, Tim Mi’raj Islamic News Agency (MINA) di Gaza, berhasil menemui Direktur Urusan Perbatasan Rafah Palestina Maher Abu Shibha di kantornya untuk wawancara  kondisi sebenarnya nasib warga Gaza terkait pembukaan pintu perbatasan tersebut.

Bagaimana kondisi terkini setelah dibukanya pintu Rafah selama tiga hari ?

Baiklah, di sini kita berbicara data untuk tiga hari sejak dibukanya pintu Rafah. Pada hari pertama enam bus berhasil melintas yang mengangkut kurang lebih 390 warga Gaza, sementara hari kedua kurang lebih 400 warga Gaza berhasil melintas, dan untuk hari ini (Kamis hari terakhir-red), sudah melintas sedikitnya tiga bus yang diperkirakan total membawa warga berkisar di angka 400.

Dengan demikian, bisa kita sampaikan bahwa dalam tiga hari ini, pintu perbatasan Rafah hanya berhasil dilalui oleh 1.200 warga Gaza, di mana 200 orang diantara mereka merupakan hasil koordinasi dari pihak Mesir atau permintaan dari pihak mereka.

Sebenarnya pihak kami di Palestina telah mempersiapkan sedikitnya 25 bus dengan melihat jumlah yang logis untuk melintas, namun hingga saat  kita masih berbicara ini, sekitar 15 bus yang berhasil melintas dari total 25 bus. Dan sesungguhnya angka-angka yang kami sebutkan di atas jauh dari kebutuhan yang diperlukan.

Berapa jumlah warga Gaza yang mendaftar untuk melintas ?

Jumlah di atas sama sekali tidak menggambarkan jumlah warga yang mendaftar, hanya sebagian kecil dari jumlah pendaftar. Menurut  keterangan Kementerian Dalam Negeri, jumlah sebenarnya warga Gaza yang mendaftar mencapai jumlah 8.000 orang dan mereka semua telah melalui berbagai pengecekan surat surat, baik dari pihak Palestina maupun dari fihak Mesir. Sebanyak 8.000 pendaftar tersebut merupakan warga Gaza yang benar benar dalam kondisi darurat untuk segera keluar dari Gaza, seperti para pasien/orang sakit  yang sudah mendapat rekomendasi dari Kementerian Kesehatan, para pelajar yang sudah diterima di berbagai lembaga pendidikan di luar negeri, dan warga Gaza yang sudah memiliki tinggal izin di negara luar dan harus memperpanjang masa perizinannya, demikian juga ada warga asing.

Dengan begitu kami katakan, kalau melihat jumlah yang seharusnya melintas yaitu 8.000 warga dan dibandingkan dengan yang berhasil melintas hanya sebagian kecil yaitu 1.200 warga.

Sebenarnya berapa banyak warga Gaza yang ingin melintas ?

Terlepas dari angka 8.000 yang kami sebutkan di atas, sesungguhnya sedikitnya 50 ribu warga Gaza memerlukan melintas ke luar Gaza.  Berbagai krisis kemanusiaan yang melanda Gaza, ditambah lagi dengan blokade selama lebih dari delapan tahun, sehingga dapat saya katakan bahwa setiap hari ada 1.500 warga Gaza yang  perlu menggunakan perlintasan Rafah ini karena kondisi kemanusiaannya.

Apakah Pemerintah Mesir membatasi jumlah pelintas dalam batas tertentu untuk tiga hari ini ? 

Pemerintah Mesir tidak memberikan kita angka pasti dan jumlah kuota yang mereka izinkan untuk melintas. Mereka mengatakan “kami berusaha melayani semampu kami” dan sebelum selesainya tugas mereka dalam satu hari, baru mereka sampaikan jumlahnya.

Hal semacam ini memperburuk keadaan, karena dengan begini kami tidak bisa menentukan siapa saja yang berhak melintas. Ini mengharuskan 8.000 pendaftar untuk datang tiap hari ke perbatasan tanpa ada kepastian bisa keluar atau tidak.

Contoh kasus, ada seorang pasien yang datang ke Rafah selama tiga hari berturut turut namun pada akhirnya dia tidak dapat izin melintas.

Saat ini musim umroh, bagaimana peluang jamaah umroh dari Gaza ?

Hingga saat ini pihak Mesir belum mengabarkan kepada kami informasi apapun terkait jama’ah umroh dari Gaza dan kami belum memiliki informasi kapan mereka bisa melintas.  Dan kami bernjanji ketika kami memiliki kepastian dari pihak Mesir, kami akan langsung mengumumkannya.

Sebelumnya Pemerintah Mesir telah menutup pintu Rafah selama 26 hari dengan alasan kondisi keamanan di sana, lantas apa yang membuat pintu Rafah dibuka kembali ?

Pemerintah Mesir selalu mengatakan bahwa kondisi keamanan di Sinai tidak kondusif dan sedang diadakan berbagai operasi keamanan di wilayah perbatasan Mesir.  Namun demikian kemudian kita dengar dari mereka, bahwa keputusan dibukanya pintu Rafah dalam rangka meringankan penderitaan warga gaza, meskipun kenyataannya tiga  hari saja, jauh dari cukup.

Pintu perbatasan Rafah adalah satu-satunya pintu perlintasan kemanusian yang bisa kami andalkan. Saat ini Gaza memiliki tiga perlintasan yang aktif, yakni Karem Abusalem untuk perlintasan barang ; perbatasan Erez di Bait Hanun untuk perlintasan delegasi internasional, tokoh tokoh VIP, para pedagang dan sebagian kecil pasien dari Gaza yang perlu sekali segera dapat bantuan  ; dan Rafah, perlintasan manusia yang digunakan oleh umumnya warga Gaza.

Kali ini, setelah ditutupnya pintu Rafah selama 26 hari, hanya 1.200 warga Gaza yang akhirnya bisa melintas, begitu juga sebelum ini di mana pintu perbatasan dibuka selama tiga hari setelah penutupan selama 27 hari oleh Pemerintah Mesir.

Siapa sebenarnya berunding dengan fihak Mesir sehingga pintu Rafah dapat dibuka kembali ?

Hingga saat in kami pribadi terus melakukan kontak dengan Mesir untuk bersedia membuka pintu Rafah. Selebihnya kami tidak peduli siapa pihak lainnya yang ikut menekan Mesir. Kami hanya peduli bahwa semua pihak sudah seharusnya ikut campur meringankan penderitaan warga Gaza dan menekan Mesir untuk mau membuka Rafah.

Dalam kesempatan ini saya juga ingin berterima kasih kepada Indonesia yang selama ini selalu menunjukkan rasa solidaritasnya, selalu mengulurkan tangannya untuk membantu saudara saudara mereka di Gaza dan memiliki peran positif untuk Palestina.

(L/K01/K02/K03-P2)

Comments: 0