Paris, MINA – Para pemimpin saingan di Libya dijadwalkan datang ke konferensi Paris pada Selasa (29/5) untuk menemukan solusi politik di negara yang masih dilanda perang tersebut.
Libya telah terpecah menjadi dua pemerintahan dan parlemen dengan masing-masing berbasis di timur dan barat negara tersebut.
Kepresidenan Perancis selaku tuan rumah mengatakan, kedua pemerintahan telah berada di bawah tekanan untuk menyetujui peta jalan politik yang dapat melihat pemilihan diadakan sebelum akhir 2018.
Konferensi internasional yang didedikasikan untuk negara Afrika Utara kaya minyak itu, bertujuan menyatukan faksi-faksi yang bersaing dengan menghadirkan pula negara-negara tetangga dan para pendukung regional.
Baca Juga: Pusat Budaya dan Komunitas Indonesia Diresmikan di Turki
“Setelah tujuh tahun konflik dan ketegangan, konferensi yang belum pernah terjadi sebelumnya ini bertujuan membuka periode baru stabilitas dan kerja sama yang ditunggu oleh rakyat Libya,” kata pernyataan dari Kepresidenan Perancis, Ahad (27/5), demikian The New Arab melaporkan.
Para undangan itu termasuk Perdana Menteri Libya Fayez Al-Sarraj, kepala pemerintah persatuan yang didukung PBB di Tripoli di barat, dan seorang pemimpin militer berusia 75 tahun, Khalifa Haftar, yang Tentara Nasional Libya-nya mendominasi wilayah timur negara itu.
Aguila Saleh Issa, ketua parlemen yang berbasis di kota Tobruk di bagian timur dan menentang pemerintahan yang didukung PBB, juga dijadwalkan hadir. Demikian pula Khalid Al-Mishri, Kepala Dewan Tinggi Negara yang baru terpilih. (T/RI-1/RS2)
Baca Juga: DPR AS Keluarkan RUU yang Mengancam Organisasi Pro-Palestina
Mi’raj News Agency (MINA)
Baca Juga: Lima Paramedis Tewas oleh Serangan Israel di Lebanon Selatan