Pemerintah Sudan dan Kelompok Bersenjata Resmikan Perjanjian Damai

Pemerintah Sudan dan kelomopok-kelompok bersenjata tandatangani kesepakatan damai di Juba, ibu kota Sudan Selatan, Sabtu, 3 Oktober 2020. (Foto: dok. Arab Observer)

Juba, MINA – Pemerintah dan beberapa kelompok bersenjata pada Sabtu (3/10) meresmikan perjanjian perdamaian di Juba yang bertujuan menyelesaikan konflik puluhan tahun.

Sebelumnya, tiga kelompok besar menandatangani kesepakatan awal Agustus – dua faksi dari wilayah barat Darfur dan satu dari wilayah selatan – setelah melalui pembicaraan berbulan-bulan yang diselenggarakan oleh .

Kelompok bersenjata kuat lainnya, Gerakan Pembebasan Rakyat Sudan Utara yang dipimpin oleh Abdelaziz al-Hilu, yang tidak berpartisipasi dalam negosiasi perdamaian awal, bulan lalu setuju bergabung dalam pembicaraan baru yang diselenggarakan oleh Sudan Selatan, demikian Asharq Al-Awsat melaporkan.

Penari dari Darfur dan negara bagian Nil tampil menari di atas panggung sebelum penandatanganan di Juba dilaksanakan.

Utusan Khusus AS untuk Sudan dan Sudan Selatan, Donald Booth, mengatakan, “Pencapaian bersejarah ini mengatasi konflik dan penderitaan selama beberapa dekade, juga akan membutuhkan komitmen yang tegas dan teguh untuk melaksanakan perjanjian secara penuh dan tanpa penundaan.”

Presiden Ethiopia dan Chad serta Perdana Menteri Mesir dan Uganda termasuk di antara pejabat regional yang hadir di acara tersebut.

Tut Gatluak, Kepala Mediator Sudan Selatan, mengatakan menjelang upacara hari Sabtu, tujuan akhirnya adalah untuk menandatangani kesepakatan dengan semua kelompok bersenjata.

Sudan telah dilanda konflik selama beberapa dekade. Setelah wilayah selatan yang kaya minyak itu memisahkan diri pada 2011, krisis ekonomi memicu protes yang menyebabkan penggulingan presiden Omar Hassan al-Bashir pada 2019.

Para pemimpin sipil dan militer baru Sudan, yang telah berbagi kekuasaan sejak itu, mengatakan mengakhiri konflik adalah prioritas utama.

Konflik puluhan tahun telah menyebabkan jutaan orang terlantar dan ratusan ribu tewas. (T/RI-1/P1)

Mi’raj News Agency (MINA)