Bangkok, 20 Dzulhijjah 1435/14 Okto2014 (MINA) – Pemerintah Thailand bersiap mencegah kedatangan pengungsi Rohingya yang diperkirakan sebanyak 10.000 orang Rohingya beragama Islam yang melarikan diri karena perlakuan diskriminatif di tanah airnya, Myanmar.
“Badan Keamanan memperkirakan lebih dari 10.000 orang Rohingya akan tiba di Thailand via Ranong dan provinsi terdekat, antara bulan depan dan April tahun depan,” kata Deputi Gubernur Ranong Pinij Boonlert.
Menurut Kantor Berita Rohingya (RNA) yang dikutip Mi’raj Islamic News Agency (MINA) Selasa, arus pengungsi kelompok etnis Rohingya yang mendapat diskriminasi di tanah airnya, biasanya meningkat antara bulan November dan April setiap tahun, setelah musim hujan berakhir.
Muslim Rohingya telah mengungsi selama bertahun-tahun dari Myanmar barat, negara bagian Rakhine, di mana mereka menghadapi penindasan di sebagian besar aspek kehidupan sehari-hari oleh pemerintah yang menganggap mereka sebagai warga asing yakni warga “Bengali” dari Bangladesh.
Baca Juga: Presiden Korea Selatan Selamat dari Pemakzulan
Pinij mewakili Gubernur Ranong yang menjabat sebagai kepala Komando Operasi Keamanan Internal (ISOC) Ranong, telah memberi instruksi kepada pemerintah-pemerintah daerah tentang cara mengatasi masalah ketibaan pendatang-pendatang ilegal dari suku Rohingya.
“Masuknya arus pengungsi Rohingya akan menambah beban yang berat untuk Thailand. Ini adalah masalah besa,.” tuturnya.
Namun dia mengatakan hukum Thailand jelas menyatakan migran ilegal harus dideportasi. Kehadiran migran ilegal dapat mengancam keamanan nasional dan meningkatkan risiko lainnya.
Selama beberapa hari terakhir, para pejabat telah menangkap lebih dari 200 Rohingya di Thailand Selatan.
Baca Juga: Jumat Pagi Sinagog Yahudi di Meulbourne Terbakar
Sebuah sumber memaparkan, bahkan beberapa orang pengungsi segera melarikan diri ke arah laut setelah melihat adanya petugas keamanan yang akan menangkapnya. “Mereka tersapu oleh gelombang dan tidak terlihat lagi. Nasib mereka tidak diketahui sampai detik ini,” ucapnyanya.
Pinij mengatakan ISOC telah ditetapkan menjadi pedoman untuk menangani masalah Rohingya.
“Kami akan memperlakukan mereka sesuai dengan prinsip-prinsip kemanusiaan, menghormati hak asasi manusia dan hukum internasional. Tapi kita harus mendeportasi mereka,” katanya.
Fokus pada perdagangan manusia
Baca Juga: Taliban Larang Pendidikan Medis Bagi Perempuan, Dunia Mengecam
Pemerintah Thailand dikatakan juga akan focus mencari pelaku-pelaku penyelundupan dan perdagangan manusia yang mendatangkan pengungsi Rohingya ke Thailand.
Jika migran ilegal ditemukan terkait dengan penyelundupan dan perdagangan orang, penyelidikan akan dillakukan untuk menemukan agen. “Agen tersebut telah menghina hukum Thailand,” katanya.
Pinij mengatakan pihak berwenang percaya ada banyak penyelundup manusia sambil menambahkan, pendatang ilegal Rohingya sering ditemukan menggunakan ponsel.
Otoritas terkait berencana untuk mendidik masyarakat sehingga orang mengerti kehadiran imigran gelap bisa mempengaruhi kesejahteraan rakyat dan keamanan negara.
Baca Juga: PBB akan Luncurkan Proyek Alternatif Pengganti Opium untuk Petani Afghanistan
Pinij mengatakan sejumlah Rohingya menggunakan kapal kecil milik nelayan untuk melakukan perjalanan 1.400 km dari beberapa wilayah Myanmar Maungdaw ke Ranong.
“Mereka biasanya terlebih dulu akan bersembunyi di beberapa pulau terdekat, kemudian dibagi menjadi kelompok-kelompok yang sangat kecil, lalu berperahu menyelinap ke Thailand,” katanya. (T/P004/P2)
Mi’raj Islamic News Agency (MINA)
Baca Juga: Polisi Mulai Selidiki Presiden Korea Selatan terkait ‘Pemberontakan’