Image for large screens Image for small screens

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Damai di Palestina = Damai di Dunia

ADVERTISEMENT

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

PEMERINTAH UPAYAKAN CARI TITIK TEMU AGAR PENENTUAN BULAN HIJRIYAH SAMA

IT MINA - Jumat, 31 Juli 2015 - 17:58 WIB

Jumat, 31 Juli 2015 - 17:58 WIB

517 Views

Menteri Agama Lukman Hakim Saifuddin (Foto: Kemenag)
<a href=

Menteri Agama Lukman Hakim Saifuddin (Foto: Kemenag)" width="300" height="218" /> Menteri Agama Lukman Hakim Saifuddin (Foto: Kemenag)

Malang, 15 Syawwal 1436/31 Juli 2015 (MINA) – Menteri Agama Lukman Hakim Saifuddin mengatakan, pemerintah terus berupaya untuk mencari titik temu agar penetapan awal bulan Hijriyah bisa sama.

“Upaya Pemerintah untuk mewujudkan kebersamaan dalam memulai dan mengakhiri puasa Ramadhan sudah dimulai sejak 1998, dengan menyelenggarakan musyawarah ulama, ahli hisab dan ormas Islam tentang Kriteria Imkanurrukyat yang diselenggarakan di Bogor. Lalu 2003 di kantor Kemenag, 2005 di Jakarta, terakhir 2015 muzakarah penyatuan kalender Hijriyah di PBNU,” kata Lukman.

Pernyataan tersebut disampaikan Lukman saat menjadi Keynote Speaker pada Seminar Internasional dan Diklat Ilmu Falak yang diselenggarakan Pimpinan Wilayah Lajnah Falakiyah NU di Malang, Kamis (30/7) lalu.

Lukman memandang dari sudut pandang Ilmu Falak, hisab dan rukyat sejatinya seperti dua sisi mata uang yang hanya bisa dibedakan tapi tidak dapat saling menafikan dan dinafikan.

Baca Juga: Hari Terakhir Pelunasan, Seluruh Kuota Haji Khusus 1446 H/2025 M Sudah Terisi

Penentuan (itsbat) awal  bulan hijriyah, khususnya Ramadhan, Syawal, dan Dzulhijah selalu mendapat perhatian khusus umat Islam sejak dulu hingga sekarang. Itu disebabkan itsbat tidak hanya terkait dengan kegiatan Ibadah, tetapi juga masalah ekonomi, sosial, maupun politik.

Setidaknya ada dua metode yang umum dikenal dalam penentuan awal bulan ini, yaitu hisab (perhitungan) dan rukyat (melihat hilal).  Masyarakat awam sering melihat pendekatan hisab dan rukyat sebagai dua metode yang saling bertentangan sehingga keduanya dihadapkan dalam posisi yang berhadapan dan tidak mungkin dipertemukan.

Hadir pada kesempatan ini, Rektor UIN Malang Muji Raharjo, Direktur Urais Muhtar Ali, Asisten Perekonomian dan Keuangan Pemda Kabupaten Malang Norman Radamsyah yang mewakili Bupati Malang, Kakanwil kemenag Jatim Mahfud Shodar, Wakil Rais syuriah KH. Marzuki Mustamar, Imam Suprayogo, serta Ketua Lajnah Falakiah Jawa Timur Sofiyullah.

Seminar Internasional yang diikuti sekitar 250 peserta dari seluruh Indonesia ini menghadirkan pembicara dari luar negeri, antara lain: Syaikh Muhamad Shadi Arbash (Suriah), Syaikh Dr. Muslih (Arab Saudi), Dr. Kaseem Bahalli (Malaysia). Selain itu,  Prof. Dr.  H. Suksinan Azhari, MA. (PP Muhammadiyah), dan Dr. H. Abdus Salam Nawawi, M.Ag (PB Nahdlatul Ulama). Adapun tema yang diangkat adalah “Mengurai Benang Kusut Penetapan Awal Hijriyah, Merajut Solusi Bersama.”

Baca Juga: Penelitian Terbaru, Gen Z di AS Pro Perjuangan Palestina dan Anti Israel

Lukman menambahkan, di berbagai pertemuan dan seminar yang digelar, telah dilakukan upaya penyamaan persepsi, khususnya bagaimana menyatukan standar awal perhitungan. Namun demikian, Menag mengakui bahwa di lapangan masih menemui hambatan.

“Hambatan  utamanya,  dalam pengamatan saya adalah kuatnya kenyakinan dan ke-engganan para pihak untuk beranjak dari kenyakinan lamanya masing-masing,” tutup Menag. (T/P010/R05)

Mi’raj Islamic News Agency (MINA)

Baca Juga: ICMI Resmikan Program Desa Cendikia dan Masjid Siti Aminah Hadiwardoyo

Rekomendasi untuk Anda

Indonesia
Indonesia
Indonesia
MINA Millenia
Sosok
Kolom
Indonesia
Indonesia
Indonesia