Riyadh, 27 Syawwal 1437/1 Agustus 2016 (MINA) – Pemerintah Yaman di pengasingan mengatakan telah menerima kesepakatan damai usulan PBB yang menyerukan militan bersenjata Houthi, yang menguasai sebagian besar negara, untuk mengakui kekuasaan pemerintah, setelah lebih dari 14 bulan perang.
Pengumuman disampaikan pada Ahad (31/7), setelah Pertemuan Tingkat Tinggi di Riyadh, Arab Saudi, dipimpin oleh Presiden Yaman Abd-Rabbu Mansour Hadi, Aljazeera melaporkan.
Pertemuan menyetujui draft perjanjian oleh PBB yang menyerukan kepada Houthi untuk menarik diri dari ibukota Yaman, Sanaa, serta dari kota-kota Taiz dan Hodeida, yang akan membuka jalan bagi dialog politik yang komprehensif untuk memulai 45 hari berikutnya setelah penandatanganan perjanjian.
“Kesepakatan akan menghapuskan dewan politik tertinggi yang dibentuk oleh Houthi dan Kongres Umum Rakyat untuk menjalankan negara,” ujat Abdulmalek Al-Mikhlafi, Menteri Luar Negeri Yaman.
Baca Juga: Langgar Gencatan Senjata, Israel Serang Lebanon Tewaskan Satu Warga
Menurut rancangan perjanjian, tawanan perang akan dibebaskan, sebagaimana ditentukan oleh Resolusi Dewan Keamanan PBB 2216. Dialog politik antara berbagai faksi Yaman akan dimulai 45 hari setelah pasukan bersenjata Houthi mundur dan menyerahkan senjata beratnya ke komite militer yang dibentuk oleh Presiden Hadi.
Belum ada reaksi resmi dari Houthi, yang sebelumnya telah menolak mematuhi Resolusi Dewan Keamanan PBB 2216, yang menetapkan penarikan kelompok bersenjata dari seluruh kota.
Houthi bersikeras mereka berjuang untuk mempertahankan diri melawan agresi marjinalisasi dan pemerintah.
Pembicaraan damai sebelumnya telah gagal untuk menjembatani kesenjangan antara pihak yang bertikai. Sementara gencatan senjata yang mulai berlaku pada bulan April telah dirusak oleh beberapa pelanggaran dari kedua belah pihak.
Baca Juga: Prabowo, Pangeran MBS Serukan Aksi Nyata Hentikan Krisis Gaza
Yaman telah terkoyak oleh konflik sejak 2014, ketika pasukan bersenjata Houthi, bersekutu dengan pasukan yang setia kepada mantan Presiden Saleh, menyerbu ibukota, Sanaa, dan kemudian memaksa pemerintah mengungsi ke pengasingan.
Atas permintaan Presiden Hadi, sebuah koalisi yang terdiri dari banyak negara Arab meluncurkan serangan udara terhadap kekuatan Houti sejak Maret 2015.
Sejak itu, lebih dari 9.000 orang telah tewas dan 2,8 juta orang meninggalkan rumah mereka. Sementara 1,8 juta anak-anak di Yaman hingga saat ini telah keluar dari sekolah karena konflik yang sedang berlangsung.
Di seluruh negeri, setidaknya 14 juta orang, lebih dari setengah dari populasi penduduknya, membutuhkan makanan darurat dan bantuan keselamatan jiwa.
Baca Juga: Iran Hentikan Kerja Sama dengan Badan Atom Dunia IAEA
Lainnya, diperkirakan 320.000 anak-anak menghadapi kekurangan gizi yang mengancam jiwa mereka. (T/P4/P001).
Mi’raj Islamic News Agency(MINA)
Baca Juga: Menlu Iran: Teknologi Pengayaan Uranium Tidak Dapat Dihancurkan oleh Bom