Pemimpin Arab-Eropa Bersepakat Luncurkan Era Baru Kerja Sama dan Koordinasi

Sharm El-Sheikh, MINA – Para pemimpin Arab dan Eropa mengakhiri pertemuan puncak pertama mereka pada Senin (25/2), yang berjanji dan bersepakat meluncurkan “era baru kerja sama dan koordinasi” tentang berbagai isu mulai dari kontra-terorisme hingga migrasi.

Sekitar 40 pemimpin dan (UE) menekankan pada pertemuan puncak dua hari di Sharm El-Sheikh, kota di penghujung selatan Semenanjung Sinai di Mesir, tentang bagaimana cara menumbuhkan rasa agar saling terkait dan membutuhkan, sehingga upaya bersama itu dapat terselesaikan.

Dalam pernyataan terakhir, para pemimpin berjanji untuk “memulai era baru kerja sama dan koordinasi” yang akan meningkatkan stabilitas dan kemakmuran wilayah yang aman dan damai, serta semua dalam tatanan internasional berbasis aturan, demikian Arab News memberitakan pada Selasa (26/2).

Presiden Mesir Abdel Fattah El-Sisi selaku tuan rumah Konferensi Tingkat Tinggi (KTT), menyoroti kepentingan bersama pada kontra-terorisme, migrasi, pengembangan ekonomi dan upaya perdamaian di Yaman, Suriah, Libya serta antara Israel dan Palestina.

Kedua belah pihak sepakat tentang perlunya bekerja sama untuk mengelola arus migran dan pengungsi serta memerangi ekstrimis, meskipun Eropa sendiri terbagi atas migrasi.

Perdana Menteri Luksemburg Xavier Bettel mengatakan, KTT itu penting untuk mengakui perbedaan budaya, agama dan lainnya, kita harus mencoba untuk menemukan solusi bersama seperti di Suriah.

Dia mengatakan pertemuan puncak itu merupakan cara untuk menjalin kontak pribadi dan meletakkan dasar bagi pembicaraan di masa depan.

Kanselir Jerman Angel Merkel mengatakan, nasib Uni Eropa sangat tergantung pada nasib negara-negara Liga Arab.

“Kami melihat ini dalam konteks migrasi, pengungsi, dan karena itu tugasnya adalah untuk memupuk kerja sama multilateral, bahkan jika kadang-kadang ada sudut pandang yang sangat berbeda,” kata Merkel

Perdana Menteri Belgia Charles Michel mengulangi pengakuan Uni Eropa bahwa negara itu seharusnya sudah lama mengadakan KTT penuh dengan para pemimpin wilayah tetangga.

“Situasi di wilayah ini menyebabkan ketidakstabilan, ketidakamanan, pertama-tama untuk wilayah itu sendiri,” kata Michel.

“Ada negara-negara yang memiliki banyak pengungsi setelah konflik di wilayah tersebut, di Suriah misalnya, tetapi itu juga berdampak di Eropa,” lanjutnya. (T/Haf/RI-1)

 

Mi’raj News Agency (MINA)