Riyadh, 29 Muharram 1437/11 November 2015 (MINA) – Para pemimpin negara Arab dan Amerika Selatan berkumpul di Riyadh, Arab Saudi, Selasa (10/11) waktu setempat, untuk melaksanakan pertemuan puncak dalam rangka memperkuat hubungan kerja sama dan koordinasi kebijakan antara dua kawasan.
Televisi pemerintah, seperti dilaporkan The Nation dan dikutip Mi’raj Isalamic News Agency (MINA) Rabu (11/11), memperlihatkan kedatangan Presiden Venezuela Nicolas Maduro, eksportir minyak terbesar di dunia dan anggota Organisasi Negara-Negara Pengekspor Minyak (OPEC) bersama dengan Saudi.
Selain itu tampak pula Presiden Ekuador Rafael Correa, pemimpin Mesir Abdel Fattah al-Sisi, Presiden Sudan Omar al-Bashir, pemimpin Irak Fuad Masum, Presiden Palestina Mahmud Abbas, Presiden Mauritania Mohamed Ould Abdel Aziz, dan juga pemimpin Yordania Raja Abdullah II.
Penguasa Kerajaan Saudi, Raja Salman, yang menyambut langsung beberapa pejabat di bandar udara di Ibu Kota Riyadh, membuka pertemuan dengan memuji kebijakan luar negeri para pemimpin Amerika Latin, terutama yang berkaitan dengan Palestina.
Baca Juga: Joe Biden Marah, AS Tolak Surat Penangkapan Netanyahu
Pujian itu menyangkut sikap negara-negara Amerika Latin yang mengakui negara Palestina. Beberapa pemimpin di kawasan itu juga telah mengutuk keras tindakan Israel di wilayah Palestina, termasuk pengeboman tahun lalu di Jalur Gaza.
Pertemuan di Riyadh ini merupakan Konferensi Tingkat Tingi (KTT) Arab-Amerika Selatan keempat yang mempetemukan pejabat tinggi dari 22 negara anggota Liga Arab dan 12 negara dari Amerika Selatan. Pertemuan yang diselenggarakan setiap tiga tahun ini dimulai di Brasil pada 2005, diikuti oleh KTT di Qatar dan Peru. KTT pertama merupakan inisiatif dari Presiden Luiz Inacio Lula da Silva.
Dalam sambutannya di KTT itu, Sekretaris Jenderal Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) Ban Ki-moon menyatakan kawasan Amerika Latin memiliki diaspora Arab terbesar di dunia dan sejumlah presiden Amerika Latin merupakan keturunan Arab.
“Sejarah ini — salah satu kesatuan kerukunan yang besar, integrasi, dan prestasi — mengirimkan sebuah pesan yang kuat pada saat dunia sedang bergulat dengan krisis pengungsi terbesar sejak Perang Dunia Kedua,” ujar Ban, memuji kekompakan Arab-Amerika Latin.
Baca Juga: Inggris Hormati Putusan ICC, Belanda Siap Tangkap Netanyahu
Menjelang KTT, Sekretaris Jenderal Liga Arab Nabil al-Arabi mengatakan kepada kantor berita Kuwait, KUNA, bahwa pertemuan puncak telah mendorong lalu lintas perdagangan antara kedua kawasan meningkat sangat signifikan.
Pada 2005, atau di masa-masa awal KTT digelar, Nabil mengungkapkan nilai perdagangan Arab-Amrika Latin hanya US$6 miliar (Rp81 triliun), dan kini sudah mencapai US$30 miliar (Rp407 triliun).
Presiden Abdel Fattah al-Sisi juga mengamini sinergitas antara negara-negara Arab dengan Amerika Latin telah meraih sejumlah capaian yang mendatangkan manfaat bagi dua kawasan.
Tak jauh beda dengan angka yang disodorkan Nabil, dalam sambutannya, El-Sisi mengatakan volume perdagangan antara dua kawasan yang terpisah jauh itu mencapai US$33 miliar, dari yang hanya US$6 miliar pada satu dekade lalu.
Baca Juga: Guido Crosseto: Kami akan Tangkap Netanyahu Jika Berkunjung ke Italia
Menulis di Arab News, kolumnis Saudi Abdulateef al-Mulhim mengatakan kerja sama kawasan Arab dan Amerika Selatan bisa membantu membawa kemakmuran dan stabilitas dunia.
“Seluruh benua tersebut bergerak maju dengan berbagai reformasi di bidang politik, sistem ekonomi, sosial, dan pendidikan mereka,” ia menjelaskan mengenai Amerika Selatan, seperti dikutip The Nation. (T/P022/R02)
Mi’raj Islamic News Agency (MINA)
Baca Juga: Militer Israel Akui Kekurangan Tentara dan Kewalahan Hadapi Gaza