Image for large screens Image for small screens

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Damai di Palestina = Damai di Dunia

ADVERTISEMENT

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Pemimpin Chechnya Siap Menentang Rusia Jika Mendukung Kejahatan Pemerintah Myanmar

Hasanatun Aliyah - Selasa, 5 September 2017 - 15:04 WIB

Selasa, 5 September 2017 - 15:04 WIB

1623 Views

Warga Muslim Chechnya dan Rusia mengikuti aksi peduli Rohingya di Grozny. (The Telegraph)

Chechnya-300x188.png" alt="" width="300" height="188" /> Warga Muslim Chechnya dan Rusia mengikuti aksi peduli Rohingya di Grozny. (The Telegraph)

Grozny, Mina – Pemimpin Republik Chechnya, Ramzan Kadyrov mengatakan akan menentang Rusia jika mendukung pemerintah Myanmar terkait pembantaian terhadap etnis Rohingya.

Hal itu disampaikan di hadapan jutaan warga Chechnya dan Rusia yang mayoritas Muslim saat mengadiri aksi peduli Muslim Rohingya pada Senin (4/9) di ibukota daerah Grozny, Chechnya, demikian Telegraph News yang dikutip MINA melaporkan.

Sebelumnya ia mengatakan dalam sebuah video Instagram live pada Sabtu (2/9), Kadyrov mengatakan, ia ingin mengirim pasukan keamanannya ke Myanmar, namun tidak bisa karena “itu hak prerogatif negara”.

“Jika saya melakukan cara saya, jika mungkin itu terjadi, saya akan melakukan serangan terhadap mereka untuk menghancurkan orang-orang yang membunuh anak-anak, wanita dan orang tua yang tak berdosa,” kata Kadyrov.

Baca Juga: Wabah Kolera Landa Sudan Selatan, 60 Orang Tewas

Lebih lanjut ia mengatakan untuk menanggapi laporan bahwa Moskow telah mencegah Dewan Keamanan Perserikatan Bangsa-Bangsa (DK PBB) untuk mengecam kekerasan di Myanmar.

“Bahkan jika Rusia mendukung perbuatan setan-setan yang hari ini melakukan tindakan kejahatan (pemerintah Myanmar-red), saya menentang posisi Rusia,” tambahnya.

Menyatakan untuk menentang garis Kremlin bukan hal mudah bagi Kadyrov yang sebelumnya telah menyatakan dirinya sebagai “prajurit kaki” Vladimir Putin. Sementara Pemerintah Myanmar sebelumnya adalah pembeli utama senjata Rusia.

Ratusan orang telah meninggal dan puluhan ribu pengungsi Muslim Rohingya telah meninggalkan Myanmar saat militer dan warga sipil melakukan tindakan kekerasan diskriminasi.

Baca Juga: Kedubes Turkiye di Damaskus Kembali Beroperasi setelah Jeda 12 Tahun  

Sementara, Maria Zakharova, juru bicara kementerian luar negeri Rusia pada Senin (4/9) mengatakan, Moskow telah menyatakan keprihatinannya atas situasi di Myanmar dan membantah bahwa Rusia telah memblokir sebuah resolusi dewan keamanan PBB mengenai topik tersebut.

Namun Rusia dan China telah memblokir sebuah pernyataan dewan keamanan di Burma pada Maret lalu, menurut diplomat yang terlibat.

Dalam aksi tersebut Pemimpin Chechnya menyebut penyelidikan internasional, pemimpin dunia dan media tidak diam untuk memberikan hukuman yang keras terhadap pemerintah Myanmar atas tindakan brutalnya kepada Muslim di Rohingya.

Sehari sebelumnya, ratusan aksi meneriakkan “umat Buddha adalah teroris” di luar kedutaan Myanmar di Moskow setelah Kadyrov dalam Instagram-nya menyebut kekerasan tersebut sebagai “genosida”.

Baca Juga: UNICEF Serukan Aksi Global Hentikan Pertumpahan Darah Anak-Anak Gaza

Pada saat yang sama, polisi menahan 17 orang di luar kedutaan Myanmar di Moskow. Media lokal melaporkan bahwa mereka telah menulis sebuah surat kepada Duta Besar yang menyerukan untuk diakhirinya “genosida Muslim”. (T/R10/B05)

Mi’raj News Agency (MINA)

Baca Juga: Drone Israel Serang Mobil di Lebanon Selatan, Langgar Gencatan Senjata

Rekomendasi untuk Anda

Eropa
Timur Tengah
Eropa
Internasional