Ramallah, 25 Muharram 1436/18 November 2014 (MINA) – Mohammad Shtayyeh, anggota Komite Sentral Fatah, menuduh otoritas pendudukan Israel berusaha untuk mengurangi jumlah penduduk Palestina di wilayah Al-Quds untuk mengubahnya menjadi sebuah kota Yahudi.
Dalam upacara memperingati hari meninggalnya Presiden Yasser Arafat, Senin, Shtayyeh mengatakan, Israel telah berusaha untuk melancarkan yahudisasi Al-Quds sejak entitas Zionsi itu berhasil mencaploknya pada tahun 1967 lalu.
“Saat Al-Quds jatuh di tangan Israel itu, sekitar 230.000 pemukim masuk ke kota dan daerah sekitarnya untuk mengurangi jumlah rakyat Palestina sehingga nantinya pada tahun 2020 hanya 25 persen dari jumlah penduduk,” kata Shtayyeh sebagaimana Anadolu Agency dan Mi’raj Islamic News Agency (MINA) melaporkan.
Ia menyatakan pula, Israel harus memilih antara solusi dua negara atau melanjutkan kebijakan rasisnya yang jauh lebih buruk daripada rezim apartheid di Afrika Selatan. “Ini akan berarti perubahan dinamika konflik dan dinamika perjuangan,” ujarnya.
Baca Juga: Roket Hezbollah Hujani Tel Aviv, Warga Penjajah Panik Berlarian
Pemimpin Fatah itu menjelaskan, pihaknya menyutujui untuk solusi dua negara, tetapi tidak menolak solusi satu negara, menunjukkan bahwa berlangsungnya pelanggaran-pelanggaran Israel di wilayah pendudukan Al-Quds dan kota-kota Palestina adalah bukti bahwa tidak ada tempat untuk solusi dua negara.
“Al-Quds telah meletus dan kerusuhan akan terus terjadi setiap hari hingga Israel mengatakan bahwa Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu telah kehilangan Al-Quds. Tapi Netanyahu tidak mau kehilangan; Kota Al-Quds adalah milik kita, Masjid Al-Aqsha adalah milik kita dan tanah adalah milik kita, ” katanya.
Selama beberapa pekan terakhir, Al-Quds dan Tepi Barat yang diduduki telah menyaksikan serangkaian insiden yang melibatkan warga Palestina mengendarai mobil lalu menabrakkan mobilnya di hadapan tentara dan pemukim Israel sebagai reaksi meningkatnya pelanggaran yang dilakukan Israel di Al-Quds serta penyerbuan harian Masjid Al-Aqsha.
Arafat meninggal pada 11 November 2004 di sebuah rumah sakit Perancis setelah tentara Israel memberlkan blokade selama beberapa bulan markas kepemimpinan Otoritas Palestina di kota Ramallah, di Tepi Barat tengah.(T/R05/P2)
Baca Juga: Sebanyak 1.000 Dokter dan Perawat Gugur akibat Agresi Israel di Gaza
Mi’raj Islamic News Agency (MINA)
Baca Juga: Netanyahu Kembali Ajukan Penundaan Sidang Kasus Korupsinya