Oleh: Ustaz H Tamlicha Hasan Lc., Ulama Muda Aceh, Penceramah Halaqah Subuh di Masjid Raya Baiturrahman Banda Aceh
Masyarakat di Provinsi Aceh baru saja memilih dan menentukan para pemimpinnya dalam suatu proses pemilihan kepala daerah (Pilkada) serentak 2017 beberapa hari lalu.
Para pemimpin yang kini sudah terpilih dengan suara yang diberikan juga diingatkan agar amanah dalam menjaga kepercayaan rakyatnya, menepati semua janji yang diucapkan ketika meyakinkan masyarakat.
Ketika seorang pemimpin tidak bisa menjaga amanah, melupakan apa yang pernah diucapkan dalam bentuk janji-janji menyejahterakan, serta bersikap zalim, tidak bisa bersikap adil, maka itu berarti dia telah menjadi lawan dan musuh utama Rasulullah Shallallahu Alaihi Wasallam dan Allah Subhanahu Wa Ta’ala di hari akhirat kelak.
Baca Juga: Bebaskan Masjidil Aqsa dengan Berjama’ah
Wahai para pemimpin yang telah dipercaya dengan suara rakyat, catat dan ingatlah dengan apa yang pernah diucapkan, tepati semua janji, jadilah Anda sebagai pemimpin kami yang amanah jika tidak mau menjadi musuh Allah dan Rasul ketika diminta pertanggungjawaban di hari akhirat.
Sebagaimana disebutkan dalam Al-Quran Surat Al-Hajj ayat 41 :
ٱلَّذِينَ إِن مَّكَّنَّـٰهُمۡ فِى ٱلۡأَرۡضِ أَقَامُواْ ٱلصَّلَوٰةَ وَءَاتَوُاْ ٱلزَّڪَوٰةَ وَأَمَرُواْ بِٱلۡمَعۡرُوفِ وَنَهَوۡاْ عَنِ ٱلۡمُنكَرِۗ وَلِلَّهِ عَـٰقِبَةُ ٱلۡأُمُورِ (٤١
Artinya: “(yaitu) orang-orang yang jika Kami teguhkan kedudukan mereka di muka bumi niscaya mereka mendirikan shalat, menunaikan zakat, menyuruh berbuat makruf dan mencegah dari perbuatan yang munkar, dan kepada Allah-lah kembali segala urusan.”
Di sini dijelaskan, kepemimpinan itu harus dikembalikan sesuai perintah Allah dalam poros syariat Islam. Jadikan kepemimpinan untuk amar makruf dan nahi munkar, jangan sampai kita celaka kemudian dengan tidak amanah dalam memimpin dan mengabaikan ketentuan Allah.
Baca Juga: Tak Perlu Khawatir Tentang Urusan Dunia
Pemimpin yang amanah setiap kali mengucapkan janji berusaha sekuat tenaga memenuhinya. Nabi Muhammad Shallallahu Alaihi Wasallam pernah tiga hari tiga malam datang ke sebuah tempat hanya karena ada janji dan orang yang berjanjinya lupa, tetapi Nabi tidak marah, karena keberuntungan bagi beliau adalah kemampuan memenuhi janji.
Seringkali orang mudah memberi janji dan melupakannya, tapi orang yang diberi janji biasanya tidak akan lupa. Pemimpin yang amanah bisa dilihat dari kehati-hatiannya berjanji, sedikit janjinya, tetapi selalu ditepati. Berhati-hatilah terhadap pemimpin yang mudah mengobral janji. Seorang calon pemimpin yang banyak memberikan janji jangan langsung dipercaya. Jika memilih pemimpin, lebih baik pilihlah orang-orang yang sepanjang hayatnya memberikan bukti daripada yang hanya bisa memberikan janji.
Setiap amanah yang akan diberikan kepada kita harus benar-benar diperhitungkan terlebih dahulu apakah mampu mempertanggungjawabkannya atau tidak. Setiap pemimpin tentu mengucapkan sumpah sebelum mengawali tugasnya.
Menyebut sumpah itu sudah merupakan janji, apalagi menyebut ‘Demi Allah’. Orang yang mempunyai jabatan, pangkat, kedudukan, jika dia tidak mampu mempertanggung-jawabkannya, maka semuanya itu justru menjadi jalan kehinaan bagi dirinya baik di mata manusia, lebih-lebih dalam pandangan Allah.
Baca Juga: Keutamaan Al-Aqsa dalam Islam, Sebuah Tinjauan Berdasarkan Al-Qur’an dan Hadis
Semakin tinggi jabatan, jika terjatuh (karena tidak amanah), maka benturannya akan semakin meremukkan. Karenanya jangan tamak dengan kekuasaan dan jabatan, tapi bersungguh-sungguhlah menunaikan tanggung-jawab.
Dalam catatan sejarah Islam disebutkan, ketika Umar bin Abdul Aziz diangkat menjadi Khalifah pada dinasti Bani Umayyah, pada Jumat 10 Shafar tahun 99 Hijriyah, ketika itu beliau berumur 37 tahun, menggantikan khalifah sebelumnya, Sulaiman Bin Abdul Malik, Sang Khalifah menangis terisak-isak.
Berbagai kisah kehidupan Umar Bin Abdul Aziz mulai dari petunjuk mulia pra kepemimpinannya sampai dengan detik-detik akhir hayatnya. Umar Bin Abdul Aziz merupakan sosok pemimpin yang zuhud dan juga khalifah yang cerdas. Kehadirannya pada saat itu bagaikan pancaran cahaya di tengah kegelapan.
Dia selalu berupaya membersihkan pemerintahan yang sebelumnya penuh dengan korupsi, suap, makar, dan kezaliman dan berhasil hanya dalam waktu 2,5 tahun. Demikian juga dia mencopot para pejabat yang korup, memilih pegawai yang bersih, dan memberikan teladan yang baik dalam kesederhanaan.
Baca Juga: Selamatkan Palestina sebagai Tanggung Jawab Kemanusiaan Global
Pemimpin bukan hanya jabatan yang dipandang sebagai sebuah keistimewaan, kewenangan tanpa batas, kebanggaan, dan popularitas. Memimpin merupakan suatu tanggung jawab, pengorbanan, pelayanan, dan keteladanaan yang dilihat dan dinilai banyak orang dan juga harus dipertanggung jawabkan di akhirat kelak. (R01/P1)
*Tulisan ini disampaikan Ustaz H Tamlicha Hasan Lc. saat memberikan tausiyah pada peringatan Maulid Nabi Muhammad Shallallahu Alaihi Wasallam yang dirangkai dengan pengajian rutin Kaukus Wartawan Peduli Syariat Islam (KWPSI) di kediaman Direktur Dana dan Jasa Bank Aceh Syariah, Haizir Sulaiman, di Desa Meunasah Manyang Pagar Air, Ingin Jaya, Aceh Besar, Rabu malam (22/2/2017).
Miraj Islamic News Agency (MINA)
Baca Juga: [Hadits Al-Arbain ke-24] Tentang Haramnya Berbuat Zalim