Pemimpin Harus Jadi Teladan Shalat Berjamaah

(Foto: KWPSI)

Oleh: Dr. HA. Mufakhir Muhammad, MA.; Ketua Sekolah Tinggi Keguruan dan Ilmu Pendidikan (STKIP) Al-Washliyah Banda Aceh, Anggota Majelis Syura Dewan Dakwah Aceh

Kepemimpinan dalam Islam berkewajiban menjaga berjalannya amar makruf nahi munkar secara baik di tengah-tengah umat yang dipimpinnya guna mencapai ridha Allah Subhanahu Wa Ta’ala melalui berbagai ibadah yang telah diperintahkan.

Di a‎ntara terpenting yang harus menjadi perhatian utama dari adalah ibadah , khususnya shalat wajib lima waktu yang dilakukan secara , di mana seorang pemimpin pada berbagai tingkatan harus bisa memberikan keteladanan. Lebih-lebih di Aceh sebagai daerah yang sedang menerapkan aturan syariat Islam dalam kehidupan masyarakat.

Kita di Aceh baru saja usai memilih pemimpin baru dalam Pilkada kemarin. Sebagai daerah yang bersyariat Islam, tentunya akan sangat rugi kita umat Islam di Aceh jika punya pemimpin seperti gubernur/bupati/wali kota yang jarang . Pemimpin itu harus memberikan keteladanan untuk diikuti.

Pemimpin-pemimpin umat itu telah mendapat amanah dari Allah untuk dapat membawa dirinya dan masyarakat yang dipimpinnya dalam menjaga ketaatan kepada perintah Allah.

Hal ini ditegaskan dalam Al-Quran Surat Al-Hajj ayat 41 yang artinya “(Yaitu) orang-orang yang jika kami teguhkan kedudukan mereka di muka bumi niscaya mereka mendirikan shalat, menunaikan zakat, menyuruh berbuat makruf dan mencegah dari perbuatan yang munkar dan kepada Allah-lah kembali segala urusan”.

Dalam ayat ini, Allah menegaskan bagi orang-orang yang telah diberi amanah jabatan sebagai pemimpin, dirikanlah shalat utamanya berjamaah dan tunaikan zakat. Ini juga cara mensyukuri nikmat yang telah diberikan agar tidak lalai.

Akhlak seseorang muslim itu sangat ditentukan oleh ada atau tidaknya‎ dia mendirikan shalat, bukan karena lainnya. Bahkan, shalat itu sendiri membedakan seorang muslim dan kafir.

Seseorang akhlaknya tidak bagus, karena tidak shalat. Jangan sampai kita membiasakan untuk membenarkan pernyataan, ‘Dia itu orangnya baik walaupun tidak shalat‎’. Pernyataan seperti ini kesalahan yang sangat besar dalam Islam, tidak boleh kita berkata seperti itu karena telah meremehkan shalat. Karena meskipun kita belum baik, shalat tidak boleh ditinggalkan, teruslah berusaha sampai Allah memberi kemudahan untuk baik.

Rusaknya suatu masyarakat itu dimulai ketika shalat ditinggalkan. Sehingga shalat menjadi penentu sebuah generasi.

Sebagaimana Allah tegaskan dalam Surat Maryam ayat 59 yang artinya,‎ “Maka datanglah sesudah mereka, pengganti (yang jelek) yang melalaikan shalat dan memperturutkan hawa nafsunya, Maka mereka kelak akan menemui kesesatan.”

Ayat tersebutk disebutkan oleh Allah Subhanahu Wa Ta’ala setelah menyebutkan generasi/golongan pilihan lagi beruntung, yaitu para nabi dan orang yang diberi petunjuk. Mereka beruntung karena mengerjakan perintah-perintah Allah dan meninggalkan larangan-Nya. Hal ini seakan-akan menjadi pelajaran bagi orang-orang yang beriman. Hendaknya mereka memperhatikan generasi setelahnya, bukan hanya memperbaiki dirinya sendiri. Sehingga tidak meninggalkan suatu generasi yang jauh dari syariat Allah Subhanahu Wa Ta’ala.

Setelah generasi para Nabi, di mana mereka mendapat nikmat, akan muncul di muka bumi sebuah generasi yang sifat mereka sebagaimana disebutkan dalam ayat ini. Yaitu generasi yang buruk karena telah meninggalkan shalat. Jika mereka melalaikannya, maka kewajiban-kewajiban lain pasti lebih diremehkan. Karena shalat adalah tiang agama dan sebaik-baik amal seorang hamba. Kemudian, mereka pasti akan menuruti kesenangan dan kelezatan dunia, serta senang dengan kehidupan dunia, mereka merasa tenteram di dalamnya. Mereka itu akan ditimpa kerugian di dunia hingga hari kiamat.

Selanjutnya yang harus diikuti setelah mendirikan shalat adalah membayar zakat pada setiap penghasilan yang diterima jika telah mencapai nisob sesuai ketentuan.

Usahakan setiap penghasilan yang kita peroleh dari berbagai usaha, untuk mengeluarkan zakatnya dan diserahkan kepada lembaga resmi.

Zakat itu akan membersihkan dan mengawal harta kita agar terlindungi bahkan bertambah. Tidak ada orang menjadi miskin karena mengeluarkan zakat, bahkan akan bertambah banyak hartanya. Dan tidak ada keberkahan orang yang menahan-nahan zakat, bahkan hartanya bisa berkurang dan hilang dengan cara-cara yang tidak kita duga. (R01/B05)

Mi’raj Islamic News Agency (MINA)

*Tulisan ini disampaikan penulis saat mengisi pengajian rutin Kaukus Wartawan Peduli Syariat Islam (KWPSI) di Rumoh Aceh Kupi Luwak, Jeulingke, Banda Aceh, Rabu (26/4/2017) malam.

Wartawan: Rana Setiawan

Editor: Widi Kusnadi

Ikuti saluran WhatsApp Kantor Berita MINA untuk dapatkan berita terbaru seputar Palestina dan dunia Islam. Klik disini.