Khartoum, MINA – Jenderal Sudan pemimpin kudeta mengatakan, militer yang dipimpinnya akan menunjuk seorang perdana menteri teknokrat untuk memerintah bersamanya dalam waktu seminggu.
Dalam sebuah wawancara dengan kantor berita Sputnik milik negara Rusia yang diterbitkan Jumat (29/10), Jenderal Abdel-Fattah Burhan mengatakan, perdana menteri baru akan membentuk kabinet yang akan berbagi kepemimpinan negara dengan angkatan bersenjata.
“Kami memiliki tugas patriotik untuk memimpin rakyat dan membantu mereka dalam masa transisi hingga pemilihan umum diadakan,” kata Burhan dalam wawancara tersebut.
Pada hari Senin (25/10), Burhan membubarkan pemerintah transisi dan menahan Perdana Menteri Abddalla Hamdok, banyak pejabat pemerintah dan pemimpin politik dalam kudeta yang dikutuk oleh AS dan Barat.
Baca Juga: Erdogan Umumkan ‘Rekonsiliasi Bersejarah’ antara Somalia dan Ethiopia
Militer kemudian mengizinkan Hamdok pulang dengan pengawalan pada hari berikutnya setelah mendapat tekanan internasional.
Pengambilalihan militer itu terjadi setelah berpekan-pekan meningkatnya ketegangan antara para pemimpin militer dan sipil, selama perjalanan dan langkah transisi Sudan menuju demokrasi.
Burhan mengatakan, pasukan militer terpaksa mengambil alih karena pertengkaran antara partai politik, yang dia klaim dapat menyebabkan perang saudara.
Burhan mengatakan awal pekan ini bahwa ia telah mengangkat dirinya sebagai Kepala Dewan Militer yang akan memerintah Sudan hingga pemilihan umum pada Juli 2023. (T/RI-1/RS3)
Baca Juga: Afsel Jadi Negara Afrika Pertama Pimpin G20
Mi’raj News Agency (MINA)